Harga CPO Mahal, Kok Laba Citra Borneo (CBUT) Jeblok 18,51%?

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten penyulingan dan fraksinasi minyak kelapa sawit yang dihasilkan melalui proses penggilingan dan pemurnian, PT Citra Borneo Utama Tbk (CBUT) mencatatkan penurunan Laba tahun berjalan di 2022 sebesar 18,51% menjadi Rp233,14 miliar

Sebelumnya, CBUT membukukan laba sebesar Rp 286,10 miliar di tahun buku 2021. Meski begitu, pendapatannya justru meningkat sebesar hampir 11%. CBUT mengalami lonjakan pendapatan menjadi Rp9,61 triliun dari semula Rp8,66 triliun.

Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan laba di tengah naiknya pendapatan ialah meningkatnya beban secara signifikan. CBUT mencatatkan beban tahun berjalan sebesar Rp8,12 triliun, dari sebelumnya Rp6,62 triliun.

Beban usaha CBUT diberatkan oleh pembelian bahan baku yang meningkat. Pembelian bahan baku produksi CBUT yang bergerak di sektor kelapa sawit melonjak menjadi Rp7,96 triliun, dari semula Rp6,54 triliun.

Bila melihat harga Crude Palm Oil (CPO) selama tahun 2022, harga CPO sempat mengalami kenaikan di awal tahun. Harga CPO memperoleh harga termahalnya di Rp17.000,-/kg pada Maret 2022.

Pergerakan harga CPO di tahun lalu ditopang oleh dua sentimen utama, yaitu kebijakan moratorium ekspor CPO Indonesia selama hampir sebulan (28 April-22 Mei) yang mengganggu rantai pasokan CPO global. Serta, invasi Rusia ke Ukraina pada awal tahun yang memulai terjadinya konflik Ukraina dan berdampak pada melonjaknya harga minyak nabati global.

Meski begitu, Ekuitas perusahaan masih terjaga di angka Rp769,5 miliar dari sebelumnya 88,7 miliar. Meski begitu, liabilitasnya naik 16,6% menjadi Rp2,25 triliun, dari Rp1,93 triliun.

Adapun perusahaan perkebunannya berfokus di Pangkalnbun Kalimantan ini mencatatkan aset perusahaan sebesar Rp3,02 triliun. Dengan begitu, asetnya naik 49,5% dari tahun sebelumnya yang berjumlah Rp2,02 triliun.