IHSG Ambruk 2 Hari Beruntun, Siang Ini Udah Anjlok 1,12%

Muhammad Azwar, CNBC Indonesia
Rabu, 03/05/2023 12:23 WIB
Foto: Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia mengalami penurunan signifikan pada perdagangan sesi I hari ini (3/5/23). IHSG ambles 1,12% menjadi 6.786,27 secara harian.

Sebanyak 338 saham melemah, 191 saham mendatar dan hanya 184 saham yang menguat. Hingga istirahat siang, nilai transaksi mencapai sekitar Rp. 5,3 triliun dengan melibatkan 9,8 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 823 ribu kali.

Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) via Refinitiv hampir seluruh sektor melemah, hanya sektor Konsumen non-primer yang menguat. Sektor Energi dan Teknologi menjadi yang paling mengecewakan dengan penurunan 1,7% lebih.


Sentimen global kembali memburuk setelah pelaku pasar di Amerika Serikat (AS) khawatir dengan beberapa masalah yang menghantui negaranya. Adapun masalah tersebut yakni krisis perbankan, plafon utang, dan sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Krisis perbankan kembali muncul setelah JPMorgan Chase resmi memenangi lelang atas akuisisi First Republic Bank, yang sebelumnya sempat heboh karena menjadi salah satu bank yang terdampak krisis Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat (AS).

JPMorgan mendapatkan sekitar US$ 92 miliar dalam bentuk deposito pada kesepakatan tersebut, termasuk sebesar US$ 30 miliar yang telah didepositkan JPMorgan dan bank-bank besar lainnya ke dalam First Republic bulan lalu. Bank ini juga mengambil pinjaman US$ 173 miliar dan sekuritas US$ 30 miliar.

Namun, investor di AS justru melepas saham perbankan hingga membuatnya terkoreksi parah dan membebani Wall Street kemarin.

Selain itu, AS juga tengah mendapat gonjang-ganjing terkait utang nasional. Menteri Keuangan AS, Janet Yellen mengatakan bahwa AS bakal gagal membayar utang (default) pada 1 Juni mendatang.

Hal ini akibat alotnya pembahasan untuk menaikkan plafon utang AS. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang kini dipimpin Partai Republik memilih untuk menaikkan menaikkan batas pinjaman nasional.

Ada syarat yakni pemotongan drastis anggaran belanja karena pemerintah dianggap terlalu boros, yang bakal menjadi sandungan bagi Presiden Joe Biden yang berasal dari Partai Demokrat.

"Perkiraan terbaik kami adalah bahwa kami tidak akan dapat terus memenuhi semua kewajiban pemerintah pada awal Juni, dan berpotensi paling cepat 1 Juni," katanya dikutip AFP, Selasa (2/5/2023).

Investor juga cenderung wait and see jelang keputusan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), sehingga saham perbankan juga kurang bergairah pagi hari ini.

Pasar masih menanti sikap The Fed terhadap kebijakan suku bunga acuan, meski pelaku pasar sudah memprediksi bahwa The Fed masih akan menaikkan suku bunga acuannya pada pertemuan Selasa-Rabu pekan ini.

Sejauh ini, menurut alat FedWatch CME Group, sekitar 91,5% investor bertaruh bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp). Sedangkan 8,5% investor bertaruh The Fed akan mempertahankan suku bunganya.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(Muhammad Azwar/ayh)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Saat Perang Berkobar, Saham & Investasi Mana Yang Bisa Cuan?