IHSG Galau Dihujani Sentimen Negatif Amerika

Muhammad Azwar, CNBC Indonesia
03 May 2023 09:09
Karyawan beraktivitas di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut  jumlah investor pasar modal telah meningkat 33,53% dari 7,48 juta di akhir tahun 2021 menjadi 10 juta pada 3 November 2022. Secara komposisi umur sebesar 60% didominasi oleh investor di bawah 30 tahun. Tidak berhenti di situ, investor juga didominasi oleh lulusan SMA ke bawah. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Karyawan beraktivitas di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut  jumlah investor pasar modal telah meningkat 33,53% dari 7,48 juta di akhir tahun 2021 menjadi 10 juta pada 3 November 2022. Secara komposisi umur sebesar 60% didominasi oleh investor di bawah 30 tahun. Tidak berhenti di situ, investor juga didominasi oleh lulusan SMA ke bawah. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Rabu (3/5/23) dibuka menguat tipis 0,03% menjadi 6.865,48. Namun sesaat kemudian, IHSG langsung jatuh ke zona merah.

Pada pukul 09.03, IHSG melorot 0,36% ke level 6.838,52. Perdagangan menunjukkan terdapat 188 saham melemah, 167 saham naik sementara 199 lainnya mendatar.

Perdagangan juga mencatatkan sebanyak 620 juta saham terlibat dengan nilai perdagangan baru mencapai Rp 658 juta.

Pada hari ini, beberapa sentimen akan mempengaruhi pasar saham Indonesia, IHSG. Salah satunya adalah pergerakan bursa saham Wall Street yang terpantau berjatuhan kemarin.

Meski begitu, sejumlah data ekonomi akan dirilis pada hari ini, termasuk data PMI jasa versi ISM periode April 2023 yang perlu dicermati.

Di dalam negeri, pasar masih akan mencerna data inflasi Indonesia terbaru yang telah dirilis. Meski naik secara bulanan, inflasi April jauh lebih kecil dibandingkan dengan proyeksi analis. Hal ini bisa memberikan sentimen positif bagi IHSG.

Namun, pasar saham global tengah mengalami kekhawatiran akibat sentimen buruk yang membuat Wall Street kembali merana.

Kekhawatiran pelaku pasar akan krisis perbankan kembali muncul setelah adanya kabar bahwa JPMorgan resmi mengambil alih First Republic Bank.

Selain itu, masalah utang AS juga tengah menjadi perhatian karena jika permasalahan tersebut tak kunjung diselesaikan, maka potensi AS terkena default akan semakin besar.

Meski begitu, ada kemungkinan bahwa The Fed akan semakin melunak jika inflasi terus menurun dan mendekati target yang ditetapkan.

Dari data tenaga kerja AS, pembukaan pekerjaan mencapai level terendah hampir dua tahun terakhir pada periode Maret lalu, menandakan bahwa pasar tenaga kerja AS semakin lesu.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan jumlah pembukaan pekerjaan mencapai 9,59 juta, terendah sejak April 2021. Namun, menurunnya lowongan pekerjaan dianggap sebagai hal yang positif untuk inflasi karena membantu mengurangi tekanan pada kenaikan upah.

Dalam negeri, pasar masih menanti rilis data pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal I-2023 yang akan dirilis Jumat pekan ini.

Meskipun inflasi Indonesia melonjak pada April, Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi memperkirakan inflasi April 2023 akan menembus 0,47% dibandingkan bulan sebelumnya (mtm).

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Meski Minim Sentimen, IHSG Lompat 1,33% ke 7.129 di Sesi I

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular