
Kegagalan Bank Terbesar Kedua AS, Ini Kisah First Republic

Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis perbankan Amerika Serikat (AS) masih berlanjut, ditandai dengan kolapsnya First Republic Bank usai sahamnya anjlok sampai 50%. Senin dini hari, regulator AS telah menyita First Republic Bank dan mencapai kesepakatan untuk menjual sebagian besar operasinya kepada JPMorgan Chase & Co, bank terbesar di AS.
JPMorgan akan mendapatkan semua deposito First Republic sebesar $92 miliar, pinjaman $173 miliar, dan sekuritas $30 miliar - dan akan membayar LPS-nya AS Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) sekitar $10,6 miliar. CEO JPMorgan Jamie Dimon berpendapat bahwa 'pendarahan' di First Republic telah berhenti, meskipun mungkin masih ada kegagalan bank lain yang lebih kecil.
Adapun, First Republic adalah bank keempat yang jatuh di AS, setelah Silicon Valley Bank (SVB), Silvergate Bank, dan Signature Bank pada Maret lalu. Kejatuhan First Republic Bank juga menandai kegagalan bank terbesar kedua dalam sejarah AS, setelah Washington Mutual Inc yang gagal pada tahun 2008.
Lantas bagaimana perjalanan First Republic sebelum kolaps dan dicaplok JPMorgan?
Berdasarkan situs resminya, First Republic didirikan pada tahun 1985 oleh Jim Herbert. Tepatnya pada tanggal 1 Juli 1985, bank membuka kantor pertamanya di 201 Pine Street di San Francisco. Saat jumlah karyawan yang bekerja kurang dari 10 orang. Dengan nilai perusahaan $8,8 juta, First Republic waktu itu adalah salah satu bank terkecil di AS, di antara sekitar 14.000 bank lainnya.
Maju ke Juli 2020, menjelang ulang tahun yang ke-35, First Republic memiliki lebih dari 5.000 karyawan di lebih dari 80 kantor di tujuh negara bagian. Melalui pertumbuhan organik, First Republic telah menjadi bank AS terbesar ke-14 dengan nilai perusahaan lebih dari $19 miliar. Bank mengklaim ini merupakan rekor pertumbuhan total nilai perusahaan sebesar 25% per tahun selama 35 tahun.
"Pertumbuhan kami tidak pernah menjadi tujuan, namun, hanya hasil dari merawat klien kami, komunitas, dan satu sama lain," kata bank dalam pernyataan yang tertera pada situsnya.
Maju lagi ke 13 Maret 2023, usai kolapsnya SVB dan Signature, Presiden AS Joe Biden menyebut perbankan AS aman, namun saham bank regional terus berjatuhan dengan First Republic anjlok hingga 60% dalam sehari. Kemudian pada 16 Maret 2023, sebanyak 11 bank besar AS tanggung rente menyediakan bantuan US$ 30 miliar kepada First Republic yang diinisiasikan oleh Menkeu AS Yellen dan bos JPMorgan Jamie Dimon.
Pada 17 Maret 2023, sehari setelah mendapatkan kepastian bantuan, saham First Republic kembali merosot dan diisukan tengah dalam pembicaraan dengan sejumlah pemodal swasta (private equity/PE) untuk mengakuisisi sebagian bisnis perusahaan.
Lalu, First Republic anjlok 50% pada 25 April 2023, pasca pengungkapan kinerja keuangan. Keesokannya, saham terus ambles pada sampai menyentuh harga US$ 5,69 per saham dari semula mencapai US$ 150 sekitar setahun sebelumnya.
Pada 1 Mei 2023, First Republic diambil alih oleh LPS AS dan segera dijual ke JPMorgan Chase, menjadikannya bank AS terbesar kedua berdasarkan aset yang runtuh setelah Washington Mutual pada tahun 2008.
(Zefanya Aprilia/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Krisis Perbankan AS Makin Ngeri, Penyebabnya Terungkap