
Nasib Batu Bara, "Dibenci" Tetapi Dicari Saat Krisis Energi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara makin melejit. Pada Pada perdagangan Selasa (2/5/2023), harga batu bara kontrak Juni di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 190 per ton. Harganya menguat 1,28%.
Harga tersebut adalah yang tertinggi sejak 20 April (US$ 194,25 per ton).
Penguatan kemarin juga memperpanjang tren positif batu bara yang juga menguat 1,32% pada hari sebelumnya.
Kenaikan harga batu bara masih ditopang oleh meningkatnya permintaan di tengah gelombang panas yang menghantam kawasan Asia. Namun, permintaan dari Bangladesh sudah melandai.
Kembali diliriknya batu bara di tengah gelombang panas juga membuktikan jika pasir hitam masih menjadi andalan sebagai sumber energi di banyak negara.
Biaya produksi yang lebih murah serta pasokan yang lebih memadai membuat batu bara menjadi banyak pilihan di saat kebutuhan listrik melonjak.
Permintaan batu bara masih naik meskipun banyak kampanye untuk meninggalkan batu bara yang dianggap sebagai "sumber energi kotor" .
Negara dengan kebutuhan energi besar seperti China dan India juga tetap menggunakan batu bara sebagai sumber energi utama meskipun ada upaya mereka untuk menambah produksi energi baru terbarukan (EBT).
Sankar Mukhopadhyay, head of the Asia Institute Power Management, mengatakan sangat sulit bagi India untuk segera memalingkan diri dari batu bara.
Pengembangan EBT membutuhkan banyak dana juga waktu.
"Sampai ada disruptive technology seperti hidrogen atau sumber energi semurah dan seefisien batu bara, saya rasa sulit menggantikan batu bara untuk 20 tahun ke depan," tuturnya, dikutip dari The Japan Times.
India dan China menggantungkan60-70 kebutuhan listriknya dari pembangkit batu bara.
Seperti diketahui, kawasan Asia dilanda gelombang panas di atas 37 derajat Celcius bahkan 50 derajat Celcius sejak pertengahan April.
India, Bangladesh, Myanmar, dan Thailand adalah sedikit negara-negara yang dilanda gelombang panas.
Negara-negara ini juga banyak mengandalkan batu bara sebagai sumber energi listrik. Untuk memenuhi kebutuhan listrik, banyak negara kemudian mengimpor batu bara.
Musim panas di India masih akan berlangsung hingga Juni sehingga mereka harus memastikan pasokan aman.
India dihantam krisis energi selama musim panas tahun lalu karena tingginya permintaan listrik. Pasokan batu bara bahkan sampai dalam tahap krisis.
India sudah meningkatkan produksi serta impor untuk memenuhi kebutuhan musim panas ini.
Rata-rata stok batu bara di pembangkit India pada April 2023 berada di kisaran 35,8 juta ton. Jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan pada periode sama tahun lalu di angka 21,9 juta ton.
Penggunaan listrik di India diperkirakan menembus 231 giga watt (GW) pada April atau puncak musim panas. Namun, penggunaan listrik baru mencatat rekor tertinggi sebesar 216 GW pada 17 April lalu.
India bahkan sudah mempersiapkan kebutuhan untuk musim hujan guna menghindari gangguan produksi dan distribusi.
Produksi batu bara ditargetkan mencapai 203,2 juta ton pada Juli-September, naik dibandingkan 159 juta ton pada periode yang sama.
Selain meningkatkan produksi, India juga sudah meningkatkan impor batu bara untuk kebutuhan listrik mereka.
Pada Februari 2023 saja impor batu bara kokas yang digunakan untuk pembangkit mencapai 4,4 juta ton, naik dari 4,03 juta ton pada periode yang sama tahun lalu.
Sebaliknya, permintaan impor dari Bangladesh mulai menurun. Impor batu bara thermal Bangladesh tercatat 0,71 juta ton pada April2023, anjlok 45% dibandingkan Maret yang tercatat 1,28 juta ton.
Hampir seluruh batu bara Bangladesh dipenuhi dari Indonesia, di mana pada Maret saja jumlahnya menembus 1,26 juta ton.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article India Jadi Tumpuan Besar untuk Genjot Harga Batu Bara
