Kemarin Babak Belur, Siap-Siap Hari Ini Mau Rebound Kencang
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun 0,76% (52,40 poin) ke level 6.863,3 pada perdagangan Selasa (2/5/2023).
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), tercatat ada 15,39 miliar lembar saham yang ditransaksikan hari ini, dengan nilai transaksi Rp 10 triliun dan berpindah tangan 1,4 juta kali.
Asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) Rp226,68 miliar di pasar reguler.
IHSG berhasil memangkas penurunan setelah sebelumnya jatuh cukup dalam hingga 1% lebih.
Terpangkasnya koreksi IHSGdi sesi II dibantu olehrebound-nya saham-saham bank KBMIIV. Saham Bank Central Asia (BBCA) ditutup stagnan di Rp 9.050/saham, setelah sebelumnya sempat turun dalam. Demikian juga dengan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) yang naik 0,98% ke Rp 5.150/saham.
Kemudian Bank Mandiri naik 1,45% ke Rp 5.250 dan Bank Negara Indonesia (BBNI) naik 1,33% ke Rp 9.550/saham.
Selama perdagangan kemarin, penurunan terbesar terjadi pada saham-saham sektor energi, khususnya pertambangan batu bara yang seharian bergerak di zona merah.
Sebelumnya, pasar keuangan juga diterpa isu negatif dengan satu perbankan regional AS kembali menjadi korban dan mengalami kegagalan. First Republic secara resmi disita oleh regulator dan akan diambil alih oleh bank terbesar AS JP Morgan.
Sentimen mengenali rilis data inflasi tampaknya tidak begitu memengaruhi pergerakan IHSG kemarin.
Pada Selasa pagi, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indeks Harga Konsumen bulan April 2023 mengalami inflasi sebesar 0,33% secara bulan ke bulan (mtm). Adapun, inflasi tahun kalender mencapai 1,01% (ytd) dan inflasi tahunannya sebesar 4,33% (yoy).
Inflasi Maret ini lebih tinggi dari bulan Maret 2023, sebesar 0,18%. Secara historis Lebaran, BPS mencatat inflasi 0,33% relatif rendah dibandingkan periode Lebaran sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh pasokan holtikulturadan beras yang terjaga. Ini tercermin dari deflasi cabai merah dan cabai rawit.
Inflasi ini sejalan dengan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi memperkirakan inflasi April 2023 akan menembus 0,47% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm). Inflasi akan lebih tinggi dibandingkan pada Maret 2023 yang tercatat 0,18%.
Hasil polling juga memperkirakan inflasi (year on year/yoy) akan menembus 4,51% pada bulan ini. Inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan pada Maret yang tercatat 4,97%.
Hari ini, investor akan mencari sinyal dari pergerakan saham global, terutama Wall Street AS yang akan merespons data ketenagakerjaan Negeri Paman Sam teranyar.
Analisis Teknikal
IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu harian (daily) menggunakan moving average (MA) dan pivot point Fibonacci untuk mencari resistance dan support terdekat.
Pada Selasa, IHSG menembus support 6.874 dan sempat menyentuh MA 20 (6.821) sebelum akhirnya sedikit memantul ke atas, mengindikasikan MA tersebut sebagai support terdekat untuk IHSG.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Dalam grafik harian, posisi RSI turun ke 54,45.
Sementara, dilihat dari indikator lainnya, Moving Average Convergence Divergence (MACD), grafik MACD berada di atas garis sinyal dengan kecenderungan mulai merapat. Sedangkan, histogram masih membentuk bar positif.
Hari ini, sejauh bertahan di atas support MA 20 (6.821) IHSG berpotensi rebound untuk menguji resistance 6.874. Sementara, apabila support tersebut tertembus, IHSG berpotensi menguji support selanjutnya di level psikologis 6.800 dan 6.783.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
(trp/trp)