Sedang Kuat-kuatnya, Rupiah Siap Pecah Rekor Terkuat 2023

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 May 2023 07:40
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sedang kuat-kuatnya belakangan ini. Melawan dolar Amerika Serikat (AS), rupiah sukses menguat tiga hari beruntun, bahkan memecahkan rekor terkuat 2023 di Rp 14.620/US$.Melansir data Refinitiv, setelah menyentuh rekor tersebut rupiah memangkas penguatan dan menutup perdagangan Jumat (28/4/2023) di Rp 14.665/US$.

Melihat posisi tersebut, rupiah tentunya berpeluang memecahkan rekor terkuat 2023 lagi pekan ini, apalagi banyak sentimen dari dalam dan luar negeri yang akan mempengaruhi pergerakan rupiah, sehingga volatilitas akan tinggi.

Dari dalam negeri, hari ini ada rilis data inflasi. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi memperkirakan inflasi April 2023 akan menembus 0,47% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm).

Inflasi akan lebih tinggi dibandingkan pada Maret 2023 yang tercatat 0,18%.

Hasil polling juga memperkirakan inflasi (year on year/yoy) akan menembus 4,51%. Inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan pada Maret yang tercatat 4,97%.

Selain itu, di pekan ini juga ada data pertumbuhan ekonomi Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data produk domestik bruto (PDB) tersebut pada Jumat (5/5/2023), hasil survei dari Reuters menunjukkan pertumbuhan 4,95% (yoy) lebih rendah dari kuartal sebelumnya 5,01%.

Fokus utama tertuju pada pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) pada Kamis (4/5/2023) dini hari waktu Indonesia.

Pada Kamis pekan lalu Departemen Tenaga Kerja AS kemarin melaporkan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal I-2023 tumbuh 1,1% lebih rendah dari hasil survei Reuters terhadap para ekonom sebesar 2%.

Rilis tersebut tentunya membuat ekspektasi The Fed akan segera mencapai terminal rate. Suku bunga The Fed diperkirakan akan naik lagi 25 basis poin menjadi 5% - 5,25% yang menjadi puncaknya, dan ada peluang akan dipangkas pada akhir tahun, berdasarkan data dari perangkat FedWatch miliki CME Group.


Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR saat ini berada jauh di bawah rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50), MA 100 dan MA 200 yang tentunya memberikan tenaga rupiah menguat.

Penguatan Mata Uang Garuda semakin terakselerasi setelah sukses menembus level psikologis setelah sukses melewati Rp 15.090/US$ yang sebelumnya menjadi support kuat.

Level tersebut merupakan Fibonacci Retracement 50% yang ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.

Rupiah bahkan mampu menembus ke bawah Fib. Retracement 61,8% pada pekan lalu.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv 

Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian kini mulai masuk wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic yang mulai masuk oversold artinya ada risiko rupiah akan mengalami koreksi.

Support terdekat berada di kisaran Rp 14.600/US$, jika ditembus ada peluang rupiah menguat ke kisaran Rp 14.540/US$ di pekan ini.

Sebaliknya Fib. Retracement 61,8% di kisaran Rp 14.730/US$ menjadi menjadi resisten terdekat. Jika ditembus, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.780/US$ sebelum menuju Rp 14.830/US$.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Inflasi Amerika Diramal Meninggi, Rupiah Bisa Menguat Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular