Menguat 3 Hari Beruntun, Rupiah Cetak Rekor Terkuat 2023

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 April 2023 15:12
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses menguat tiga hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (28/4/2024). Rupiah juga sukses mencetak rekor terkuat 2023.

Melansir data Refinitiv, rupiah menutup perdagangan di Rp 14.665/US$, menguat 0,24% di pasar spot. Rupiah juga sempat menyentuh Rp 14.620/US$, yang menjadi rekor terkuat 2023, memecahkan rekor sebelumnya Rp 14.640/US$ yang dicapai pada 14 April lalu.

Dolar AS yang masih limbung membuat rupiah terus menguat. Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang lebih rendah dari ekspektasi membuat dolar AS kesulitan bangkit.

Departemen Tenaga Kerja AS kemarin melaporkan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal I-2023 tumbuh 1,1% lebih rendah dari hasil survei Reuters terhadap para ekonom sebesar 2%.

Rilis tersebut tentunya membuat ekspektasi bank sentral AS (The Fed) akan segera mencapai terminal rate. Suku bunga The Fed pada pekan depan diperkirakan akan naik lagi 25 basis poin menjadi 5% - 5,25% yang menjadi puncaknya, dan ada peluang akan dipangkas pada akhir tahun.

Isu utang Amerika Serikat juga menjadi salah satu penekan dolar AS. Data dari Kementerian Keuangan menunjukkan per 31 Maret utang Amerika Serikat menembus US$ 31,45 triliun, menjadi yang terbesar di dunia.

Kementerian Keuangan AS sebelumnya sudah memberikan estimasi jika anggaran akan habis paling cepat pada awal Juni.

Sementara itu Congressional Budget Office (CBO) memprediksi anggaran akan habis sekitar Juli - September.

Jika sampai batas tersebut pagu utang belum dinaikkan, maka Amerika Serikat akan mengalami default untuk pertama kali dalam sejarah.

"Kegagalan utang kami akan menghasilkan bencana ekonomi dan keuangan," kata Menteri Keuangan AS Janet Yellen kepada anggota Kamar Dagang Metropolitan Sacramento, Selasa (25/4/2023).

"Kegagalan akan menaikkan biaya pinjaman selamanya. Investasi masa depan akan menjadi jauh lebih mahal," tuturnya, dikutip dari Reuters.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Inflasi Amerika Diramal Meninggi, Rupiah Bisa Menguat Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular