Dolar Lagi Limbung, Rupiah Bisa Cetak Rekor Terkuat 2023?
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat tajam 0,88% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.700/US$ Kamis kemarin. Rupiah kini mendekati lagi level terkuat 2023 Rp 14.640/US$ yang dicapai pada 14 April lalu.
Mata Uang Garuda berpeluang memecahkan rekor terkuat 2023 tersebut pada perdagangan Jumat (28/4/2023( melihat indeks dolar AS yang hanya naik 0,04% pada perdagangan Kamis, meski pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat lebih tinggi dari ekspektasi.
Departemen Tenaga Kerja AS kemarin melaporkan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal I-2023 tumbuh 2,6% lebih tinggi dari hasil survei Reuters terhadap para ekonom sebesar 2%.
Rilis tersebut tentunya menguatkan ekspektasi bank sentral AS (The Fed) akan kembali menaikkan suku bunga pada pekan depan, tetapi nyatanya dolar AS tidak begitu perkasa merespon hal tersebut. Ruang berlanjutnya penguatan rupiah pun terbuka, meski tetap ada risiko koreksi melihat penguatan tajam belakangan ini.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR saat ini berada jauh di bawah rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50), MA 100 dan MA 200 yang tentunya memberikan tenaga rupiah menguat.
Penguatan Mata Uang Garuda semakin terakselerasi setelah sukses menembus level psikologis setelah sukses melewati Rp 15.090/US$ yang sebelumnya menjadi support kuat.
Level tersebut merupakan Fibonacci Retracement 50% yang ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Rupiah pada Jumat (14/4/2023) lalu bahkan menembus ke bawah Fib. Retracement 61,8%. Namun, di hari yang sama rupiah membentuk pola Hammer. Pola ini merupakan sinyal pembalikan arah.
Alhasil, dua hari sebelum libur panjang rupiah mengalami pelemahan.
Namun di pekan ini, rupiah kembali menguat, bahkan kembali ke bawah Fib. Retracement 61,8%.
Indikator Stochastic pada grafik harian kini berbalik mendekati wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic yang belum masuk overbought artinya risiko pelemahan rupiah masih ada, meski tidak sebesar sebelumnya.
Sebaliknya Fib. Retracement 61,8% di kisaran Rp 14.730/US$ menjadi menjadi resisten terdekat, selama bertahan di bawahnya rupiah berpeluang menguji kembali Rp 14.640/US$. Bahkan tidak menutup kemungkinan menguat lebih jauh dan mencetak rekor terkuat 2023.
Sementara jika Rp 14.730/US$ ditembus, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.780/US$.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
(pap/pap)