Debut Perdana Pasca Libur Lebaran, IHSG Siap Tancap Gas?
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) bersiap kembali beraktivitas usai libur Idulfitri. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencoba menjaga momentum.
Pada perdagangan terakhir sebelum lebaran, Selasa (18/4/23), IHSG ditutup di zona hijau dengan menguat 0,50% di posisi 6.821,80 secara harian.
Posisi tersebut adalah yang terkuat sejak 4 April 2023 atau delapan hari perdagangan.
Secara historis, IHSG sebenarnya selalu menguat pada hari pertama pasca Lebaran.
Pada periode 2013-2022 atau 10 tahun terakhir, IHSG ditutup di zona hijau sebanyak enam kali pasca Lebaran dan hanya empat kali melemah.
Pelemahan terjadi pasca Lebaran 2013, 2018, 2021, dan 2022.
Pada periode pra-pandemi, ada kecenderungan IHSG ditutup menghijau setelah Lebaran. Namun, nasib buruk IHSGjustru terjadi pasca pandemi. Dalam dua tahun IHSGselalu melemah setelah libur panjang Lebaran.
Pada 2021, IHSG langsung ambruk 1,76% pasca libur Lebaran sementara pada 2022 anjlok 4,42%.
IHSG ambruk pada 2021 setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) siap ambil ancang-ancang untuk hawkish.
Pasca-lebaran, investor akan kembali bersiap mencermati setiap respons pasar global atas kebijakan moneter bank sentral global, terutama The Fed.
Terdekat, The Fed akan mengadakan rapat FOMC(Federal Open Market Committee)terkait suku bunga dan kebijakan moneter lainnya pada 2-3 Mei mendatang.
Sementara, pekan ini kalender ekonomi juga tidak begitu padat.
Investor global masih akan menyimak laporan keuangan perusahaan Wall Street. Ini karena 35% perusahaan di S&P 500 akan melaporkan kinerja, termasuk raksasa macam Microsoft, Alphabet, hingga Amazon.
Analisis Teknikal
IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu harian (daily) menggunakan moving average (MA) dan pivot point Fibonacci untuk mencari resistance dan support terdekat.
Pada Selasa (18/4) pekan lalu, IHSG berhasil bertahan sedikit di atas MA 50 (6.810). Secara umum, IHSG masih dalam fase konsolidasi. Bertahan di atas MA 50 akan menjadi modal yang baik untuk IHSG untuk kembali menjajal resistance 6.878.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Dalam grafik harian, posisi RSI naik ke 53,73.
Sementara, dilihat dari indikator lainnya, Moving Average Convergence Divergence (MACD), grafik MACD berada di atas garis sinyal. Sedangkan, histogram kembali membentuk bar positif, walaupun dengan ukuran yang masih tergolong kecil.
IHSG hari ini berpotensi menguat apabila sanggup bertahan di atas MA 50. Resistance berikutnya di level 6.878.
Sementara, apabila merosot di bawah MA 50, support selanjutnya untuk IHSG berada di level psikologis 6.800 dan 6.776 (MA 20).
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
(trp/trp)