Sri Mulyani: Sepanjang Tahun 2023, Rupiah Menguat 5,6%
Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah ketidakpastian ekonomi global, akibat adanya inflasi yang tinggi, serta suku bunga Bank Sentral AS yang juga masih pada level 5%, perekonomian Indonesia relatif stabil.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, pertumbuhan ekonomi domestik pada 2023 diperkirakan akan mencapai 5% hingga 5,3%.
"Perekonomian Indonesia masih relatif stabil, bahkan nilai tukar rupiah apresiasi (menguat) 5,6% year to date (sepanjang tahun 2023)," jelas Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Senin (17/4/2023).
Sri Mulyani menyebut, level Credit Default Swap (CDS) Indonesia masih stabil dan cenderung menurun, mengindikasikan persepsi risiko investor terhadap Indonesia semakin membaik.
CDS adalah produk derivatif berupa kontrak keuangan yang memungkinkan investor untuk menghilangkan atau mengurangi risiko bisnisnya kepada pihak lain yakni dengan cara membayar premi sesuai angka yang disepakati. CDS merupakan kontrak pertanggungan yang diberikan jika terjadi gagal bayar atas suatu utang.
"Pasca kebijakan The Fed bulan Maret yang menaikkan suku bunga 25 bps, yield UST masih relatif stabil. Konsensus pasar memproyeksikan Fed Fund Rate di kisaran 5% sepanjang 2023 dan akan menurun di 2024," jelas Sri Mulyani.
Seperti diketahui, setelah menguat tajam dalam lima pekan beruntun, rupiah melemah cukup tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan Senin (17/4/2023).
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,24%. Depresiasi membengkak hingga menjadi 0,51% ke Rp 14.770/US$ pada pukul 9:04 WIB.
Indeks dolar AS yang rebound sejak Jumat pekan lalu memberikan tekanan bagi rupiah. Indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut menguat 0,54% pada perdagangan Jumat dan berlanjut lagi 0,1% pada Senin (17/4/2023) pagi ini.
Dolar AS mampu bangkit setelah Gubernur The Fed Chirstopher Waller mengatakan meski bank sentral sudah agresif menaikkan suku bunga, tetapi masih belum membuat banyak progres membawa inflasi kembali ke target 2% dan perlu untuk menaikkan suku bunga lebih tinggi lagi.
(cap/cap)