Market Commentary

Volatilitas Masih Tinggi, Saham Teknologi Berjatuhan Lagi

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
12 April 2023 15:32
Pencatatan perdana saham PT Hillcon Tbk di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (1/3/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Pencatatan perdana saham PT Hillcon Tbk di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (1/3/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten teknologi terpantau berjatuhan pada perdagangan sesi II Rabu (12/4/2023), di mana volatilitas saham teknologi masih cukup tinggi hingga hari ini.

Per pukul 14:39 WIB, kesembilan saham teknologi kompak terkoreksi pada sesi II hari ini.

Berikut pergerakan saham emiten tambang emas pada perdagangan sesi I hari ini.

SahamKode SahamHarga TerakhirPerubahan
GoTo Gojek TokopediaGOTO93-6,06%
Digital Mediatama MaximaDMMX690-3,50%
Trimegah Karya PratamaUVCR114-3,39%
Bank JagoARTO2.280-2,98%
Wir AsiaWIRG134-2,19%
Elang Mahkota TeknologiEMTK765-1,29%
Metrodata ElectronicsMTDL580-0,85%
Bukalapak.comBUKA234-0,85%
Global Digital NiagaBELI456-0,44%

Sumber: RTI

Saham teknologi e-commerce dan ojek online (ojol) yakni PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) memimpin koreksi saham teknologi pada sesi II hari ini, yakni ambruk 6,06% ke posisi harga Rp 93/saham.

Berikutnya ada saham PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) yang ambles 3,5% ke Rp 690/saham.

Dari sektoral, yakni sektor teknologi, pada sesi II hari ini menjadi yang paling parah koreksinya yakni mencapai 1,8% dan beberapa saham turut membebani Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Sektor teknologi yang masih cenderung lesu karena sentimen global yang belum menentu, di tambah prospek suku bunga bank sentral utama yang juga masih belum pasti membuat kinerja saham teknologi pun tertahan.

Meski begitu, sejatinya sepanjang tahun ini sudah lebih baik, ketimbang pada tahun lalu yang merana karena agresifnya bank sentral utama, terutama bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed).

Namun, prediksi sikap The Fed yang bakal melunak tentunya menjadi sentimen positif bagi saham-saham teknologi, karena dengan melunaknya The Fed dan bahkan bank sentral utama lainnya, maka perusahaan dapat memulihkan kinerjanya dan tentunya dapat berekspansi dengan leluasa.

Meski begitu, prediksi sikap The Fed hingga hari ini masih berubah-ubah. Terakhir, Ekspektasi pasar kini menunjukkan 72% pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada Mei mendatang. Bandingkan dengan pekan lalu di mana angkanya hanya 43%.

Ekspektasi pasar akan berubah jika data inflasi AS tidak sesuai keinginan pasar.

AS akan mengumumkan data inflasi Maret pada Rabu pukul 19:00 WIB. Inflasi AS melandai ke 6% (year-on-year/yoy) pada Februari 2023, dari 6,4% (yoy) pada Januari lalu.

Pasar berekspektasi inflasi AS akan melandai ke 5,2-5,4% pada Maret.

Inflasi adalah salah satu pertimbangan utama The Fed dalam menentukan suku bunga pada Mei mendatang. Jika inflasi masih membandel, bukan tidak mungkin The Fed akan tetap hawkish dan jika demikian, maka sektor teknologi belum akan pulih dalam waktu dekat.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular