Inflasi Amerika Diramal Meninggi, Rupiah Bisa Menguat Lagi?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 April 2023 08:15
Petugas menghitung uang  dolar di tempat penukaran uang Dolarindo, Melawai, Blok M, Jakarta, Senin, (7/11/ 2022)
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses menguat tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) Senin kemarin, meski sebelumnya bergerak liar. Rupiah melanjutkan kinerja impresif setelah sebelumnya menguat empat pekan beruntun, dan menyentuh level terkuat sejak awal Februari.

Pelaku pasar saat ini menanti rilis data inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) Amerika Serikat yang bisa menentukan kebijakan moneter The Fed.

Data tersebut akan dirilis pada Rabu nanti, berdasarkan survei Reuters CPI diprediksi tumbuh 5,2% year-on-year (yoy) pada Maret, turun dari bulan sebelumnya 6% (yoy). Namun, yang menjadi masalah, CPI inti diprediksi tumbuh 5,6% (yoy) lebih tinggi dari sebelumnya 5,5% (yoy).

CPI inti tidak memasukkan sektor energi dan makanan dalam perhitungan, artinya inflasi di sektor yang tidak volatil sulit turun. Dengan demikian, ada risiko The Fed akan kembali agresif menaikkan suku bunganya, apalagi pasar tenaga kerja masih kuat dan inflasi berdasarkan personal consumption expenditure (PCE) juga sulit turun.

Tetapi di sisi lain, setelah kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) kesehatan perekonomian AS mulai diragukan. Sehingga pasar menjadi sulit memprediksi ke mana arah kebijakan The Fed nantinya.

Alhasil, nilai tukar rupiah masih akan berfluktuasi pada perdagangan Selasa (11/4/2023).

Secara teknikal, rupiah saat ini berada di bawah rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50), MA 100 dan MA 200. Sehingga ruang penguatan tentunya terbuka lebih besar.

Penguaran Mata Uang Garuda semakin terakselerasi setelah sukses menembus level psikologis setelah sukses melewati Rp 15.090/US$ yang sebelumnya menjadi support kuat.

Level tersebut merupakan Fibonacci Retracement 50% yang ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.

Selama mampu bertahan di bawah level psikologis Rp 15.000/US$, rupiah berpeluang menguat lebih jauh ke kisaran Rp 14.900/US$ - Rp 14.840/US$ yang menjadi support kuat pekan ini.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian mulai masuk wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Dengan stochastic masuk wilayah oversold, artinya ada risiko rupiah mengalami koreksi. Resisten terdekat berada di kisaran Rp 14.930/US$, jika ditembus ada risiko rupiah melemah menuju level psikologis Rp 15.000/US$.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Berlari Kencang, Rupiah Hati-Hati Terpleset!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular