Emas Hadapi Situasi Genting Pekan Ini, Bye Pesta Pora?

mae, CNBC Indonesia
10 April 2023 07:04
Emas
Foto: Pexels

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar emas akan menghadapi sejumlah tantangan besar pada pekan ini. Harga emas pun terancam turun ke bawah US$ 2.000.

Pada penutupan perdagangan terakhir pekan lalu, Kamis (6/4/2023), emas ditutup di posisi US$ 2.008,02 per troy ons. Harga sang logam mulia turun tipis 0,061%.

Pelemahan ini memutus tren positif emas yang menguat dalam tiga hari perdagangan sebelumnya. Kendati melemah kemarin, harga emas masih tetap melesat 2,04% dalam sepekan.

Harga emas masih melemah pada pagi hari ini. Pada perdagangan hari ini, Senin (10/4/2023) pukul 06:00 WIB, harga emas ada di posisi US$ 2.005 per troy ons. Harganya melandai 0,15%.

Data-data penting dari Amerika Serikat (AS) akan keluar pada pekan ini. Belum lagi, ada pejabat bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang dijadwalkan akan menyampaikan pernyataan atau pidato pada pekan ini.

Data dan pernyataan The Fed tentu saja akan sangat menggerakkan harga emas. Terlebih, pasar tengah menunggu sinyal kebijakan The Fed setelah data tenaga kerja keluar pekan lalu.

 

Data terpenting pekan ini adalah rilis inflasi AS untuk Maret yang akan keluar pada Rabu (12/4/2023).

Inflasi AS melandai ke 6% (year on year/yoy) pada Februari 2023, dari 6,4% (yoy) pada Januari. Pasar berekspektasi inflasi AS akan melandai ke 5,2-5,4% pada Maret.

Inflasi adalah salah satu pertimbangan utama The Fed dalam menentukan suku bunga pada Mei mendatang. Jika inflasi masih membandel, bukan tidak mungkin The Fed akan tetap hawkish.

Gubernnur Fed Christopher J. Waller dijadeal alan berpidato pada konferensi Graybar National Training, San Antonia, Texas pada Jumat mendatang.

Data inflasi dan pernyataan Fed ini sangat ditunggu setelah data tenaga kerja AS masih bergerak kurang meyakinkan.

Tingkat pengangguran di AS menembus 3,5% pada Maret 2023, melandai dari 3,6% pada Februari 2023.

Sementara itu, non-farm payrolls AS menunjukkan penambahan tenaga kerja pada Maret tercatat 236.000, lebih rendah dibandingkan konsensus sebesar 240.000.

Namun, data tenaga kerja yang keluar pekan lalu menunjukkan jika tambahan pekerja baru atau penciptaan lapangan kerja di sektor swasta di AS hanya bertambah 145.000 pada Maret 2023.

Jumlah tersebut turun dari 261.000 pada Februari 2203 serta jauh di bawah ekspektasi pasar yang berkisar 210.000.

Data tersebut keluar hanya berselang sehari setelah laporan pembukaan lapangan kerja (JOLTS) pada Februari 2023 menunjukkan lapangan pekerjaan baru yang terbuka hanya 9,93 juta.

Ini adalah kali pertama jumlah lapangan kerja baru hanya tercatat 10 juta dalam dua tahun terakhir.

 

Data tenaga kerja yang belum turun cepat ini membuat pasar kembali memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada Mei.

Bila proyeksi tersebut menjadi kenyataan maka emas akan tengkurap.

"Emas bisa saja keluar dari level psikologis US$ 2.000 jika ekspektasi kenaikan akan semakin menguat," tutur Sagar Dua, dari FXStreet.com.

Kenaikan suku bunga akan melambungkan dolar AS dan yield surat utang pemerintah AS. Keduanya berdampak negatif ke emas.

Dolar yang melambung membuat emas semakin tidak terjangkau. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil atau yield sehingga jika imbal hasil surat utang naik maka emas makin tersingkir.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Emas Rekor Tertinggi Setahun, Yuk Pesta Pora Lagi!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular