Nasib Suku Bunga Fed Bisa Makin Jelas Besok, Rupiah KO Lagi?
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah akhirnya melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) Rabu kemarin setelah sebelumnya menguat 5 hari beruntun hingga menyentuh level terkuat sejak 3 Februari.
Perhatian pelaku pasar saat ini tertuju pada rilis data tenaga kerja Amerika Serikat Jumat besok. Data ini menjadi acuan bank sentral AS (The Fed) dalam menetapkan kebijakan moneternya. Sebelum rilis data tersebut, rupiah masih akan berfluktuasi.
Secara teknikal, rupiah saat ini berada di bawah rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50), MA 100 dan MA 200. Sehingga ruang penguatan tentunya terbuka lebih besar.
Penguatan Mata Uang Garuda semakin terakselerasi setelah sukses menembus Rp 15.090/US$ yang sebelumya menjadi support kuat.
Level tersebut merupakan Fibonacci Retracement 50% yang ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Rupiah juga mampu melewati level psikologis Rp 15.000/US$, dan Selasa lalu menyentuh area support Rp 14.900/US$ - Rp 14.840/US$.
Area tersebut menjadi target penguatan rupiah pada perdagangan hari ini.
Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian mulai masuk wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Dengan stochastic masuk wilayah oversold, artinya ada risiko rupiah mengalami koreksi. Terbukti, Rabu kemarin rupiah melemah setelah menguat dalam 5 hari beruntun.
Resisten berada di kisaran Rp 14.960/US$, jika ditembus rupiah berisiko menguji level psikologis Rp 15.000/US$.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
(pap/pap)