IHSG Berbalik Arah, Ditutup Hijau
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia kembali berbalik arah ke zona hijau pada penutupan sesi II perdagangan hari ini, Selasa, (4/4/23) Indeks naik tipis 0,09% menjadi 6.833,17 secara harian.
Sebanyak 193 saham menguat, 334 saham melemah sementara 194 saham lainnya tidak bergerak. Perdagangan menunjukkan nilai transaksi mencapai sekitar Rp 8,6 triliun dengan melibatkan 17,6 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,43 juta kali.
Hari ini IHSG bergerak fluktuatif, dibuka menguat namun kemudian melemah di awal sesi I sampai sesi II hingga akhirnya ditutup menguat. Dalam lima hari perdagangan apresiasi IHSG masih menguat 1,08%. Sementara itu, secara year to date (ytd) indeks masih membukukan pelemahan sebesar 0,25%.
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) via Refinitiv hanya empat sektor yang berada di zona hijau dengan sektor energi memimpin penguatan 2,40%.
Adapun lima top movers IHSG berdasarkan bobot indeks poinnya pada penutupan sesi II hari ini adalah sebagai berikut:
1. PT Bayan Resources (12,01)
2. PT Adaro Energy Indonesia (3,80)
3. PT United Tractors (2,91)
4. PT Merdeka Copper Gold (2,70)
5. PT Bank Rakyat Indonesia (2,55)
Indeks Wall Street yang menguat menjadi kabar positif IHSG yang bisa menjadi dorongan bagi gerak pasar saham Indonesia.
Pada perdagangan Senin (3/4/2023) Dow Jones naik 0,98% ditutup pada 33.601,15. Sementara S&P 500 menguat 0,37% ke 4.124,51 dan indeks Nasdaq naik 0,27% ke 12.189,45.
Lonjakan harga batubara juga diharapkan bisa menambah suntikan sentimen positif ke pasar bursa hari ini.
Pada perdagangan Senin (3/4/2023), harga batu bara kontrak Mei di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 212 per ton. Harganya terbang 9,84% atau nyaris 10%. Harga tersebut adalah yang tertinggi sejak 8 Februari 2023 atau hampir sebulan terakhir.
Indonesia merupakan eksportir terbesar batubara thermal dunia sehingga kenaikan harga batubara bisa melambungkan ekspor.
Lonjakan harga batubara juga akan menguntungkan banyak emiten seperti PT Adaro Energy Indonesia (ADRO), PT Indo Tambangraya Megah (ITMG), PT Bukit Asam (PTBA), hingga PT Bumi Resources (BUMI).
Selain itu, Arab Saudi dan produsen minyak OPEC+ lainnya pada hari Minggu (2/4/2023) mengumumkan pengurangan produksi minyak mentah lebih lanjut sekitar 1,16 juta barel per hari. Keputusan ini bisa kembali melambungkan harga minyak mentah.
Harga minyak yang menguat dapat menguntungkan emiten produsen minyak. Namun secara keseluruhan dapat memberikan efek negatif yakni kenaikan inflasi.
Inflasi yang menguat akan tetap membuat bank sentral hakish pada kebijakan suku bunganya dan akan berdampak negatif terhadap ekonomi.
Dari dalam negeri, investor tampaknya masih akan mencerna rilis data inflasi. Pada Maret 2023, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan atau year on year (y-on-y) sebesar 4,97 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 114,36.
Adapun, tingkat inflasi month to month (m-to-m) Maret 2023 sebesar 0,18 persen dan tingkat inflasi year to date (y-to-d) Maret 2023 sebesar 0,68 persen.
Pudji Ismartini, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, mengungkapkan inflasi ini dipicu oleh kenaikan harga pangan, terutama dari kelompok makanan, minuman dan tembakau, salah satunya beras.
"Inflasi Maret 2023 awal Ramadhan relatif lebih rendah dari tahun sebelumnya, tapi yang perlu diwaspadai komoditas yang andil besar maka kita harus mewaspadai harga komoditas karena tingginya permintaan jelang hari raya Idul Fitri tarif angkutan udara, daging sapi, daging ayam merah, telur ayam ras dan lain-lain," papar Pudji, Senin (4/3/2023).
CNBC INDONESIA RESEARCH
(Muhammad Azwar/ayh)