IHSG Loyo, Ada Peran AS dan China

Muhammad Azwar, CNBC Indonesia
04 April 2023 12:37
Infografis, Deretan Saham Top Gainers Top Losers Sepekan
Foto: Infografis/ Saham Top Gainers Top Losers Sepekan/ Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia mengalami penurunan pada perdagangan hari ini, Selasa, 4 April 2023, setelah terjadi kekhawatiran atas prospek inflasi global. Indeks turun 0,38% menjadi 6.801,25 secara harian.

Sebanyak 322 saham melemah, 182 saham menguat sementara 201 saham lainnya tidak bergerak. Hingga istirahat siang, nilai transaksi mencapai sekitar Rp 4,3 triliun dengan melibatkan 9,25 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 870 ribu kali.

Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) via Refinitiv mayoritas sektor berada di zona merah dengan sektor industri, barang pokok dan konsumen non-primer memimpin pelemahan masing-masing sedikit di atas satu persen.

Siang ini, saham-saham Bank Buku IV terpantau ambles. Bank Mandiri turun 1,90% disusul Ban Central Asia yang melemah 1,14%. Bank Negara Indonesia dan Bank Rakyat Indonesia juga melandai masing-masing 0,80% dan 0,21% secara berurutan.

Dua diantara empat bank raksasa tersebut menjadi pemberat utama (laggard) IHSG yakni Bank Central Asia sebesar 7,34 indeks poin dan Bank Mandiri sebesar 5,54 indeks poin.

Penurunan IHSG terjadi setelah kekhawatiran atas prospek inflasi global. Hal ini terkait dengan rencana kejutan OPEC+ untuk memangkas produksi minyak, yang dapat memicu kenaikan harga minyak global dan berdampak pada naiknya harga bahan bakar di Indonesia.

Selain itu, sentimen negatif juga muncul dari Amerika Serikat (AS), terkait dengan pernyataan Presiden Fed St. Louis, James Bullard, yang mengatakan bahwa kenaikan harga minyak dapat membuat tugas Fed dalam menurunkan inflasi semakin menantang. Selain itu, data Senin menunjukkan bahwa sektor manufaktur AS di bulan Maret merosot ke level terendah dalam hampir 3 tahun, yang berdampak pada kinerja pasar saham AS.

Ketidakpastian juga terjadi di Tiongkok, dimana sentimen pasar turun karena aktivitas pabrik terhenti di bulan Maret karena perlambatan produksi dan lemahnya permintaan global, sehingga memicu kekhawatiran tentang pemulihan pasca-pandemi di Tiongkok. Hal ini berdampak pada kinerja pasar saham global, termasuk di Indonesia.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(Muhammad Azwar/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular