Top! Inflasi RI ke Bawah 5%, Rupiah Lima Hari Menguat

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 April 2023 15:24
Petugas menghitung uang  dolar di tempat penukaran uang Dolarindo, Melawai, Blok M, Jakarta, Senin, (7/11/ 2022)
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (3/4/2023). Mata Uang Garuda melanjutkan kinerja impresif setelah sebelumnya menguat tiga pekan beruntun.

Melansir data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan di Rp 14.965/US$, menguat 0,17% di pasar spot. Hingga hari ini, rupiah sudah menguat lima hari beruntun.

Sepanjang pekan lalu rupiah tercatat menguat lebih dari 1% juga sudah melesat dalam tiga pekan beruntun. Selama periode tersebut pengutannya nyaris 3%.

Rupiah pun menutup kuartal I-2023 dengan impresif, penguatannya tercatat 3,8% dan menjadi mata uang terbaik di Asia serta nomer 6 di dunia.

Bank sentral AS (The Fed) yang membuka ruang tidak lagi menaikkan suku bunganya membuat rupiah terus menguat. Hal tersebut terindikasi dua pekan lalu saat The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 4,75% - 5%.

"Komite pembuat kebijakan akan melihat informasi terbaru dan menilai implikasinya untuk menentukan kebijakan moneter," tulis pernyataan The Fed setelah mengumumkan kenaikan suku bunga Kamis (23/3/2022) dini hari waktu Indonesia.

Pada Jumat pekan Amerika Serikat merilis data inflasi berdasarkan personal consumption expenditure (PCE).

Inflasi inti PCE tumbuh 0,3% pada Februari dari bulan sebelumnya, lebih rendah dari prediksi Dow Jones 0,4%. Sementara secara tahunan, tumbuh 4,6% juga lebih rendah dari prediksi 4,7%.

Inflasi PCE merupakan acuan bank sentral AS (The Fed) dalam menetapkan kebijakan moneter. Selain itu ada data tenaga kerja yang juga merupakan acuan The Fed. Data tersebut dirilis pada Jumat nanti.

Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Maret 2023 yang bertepatan dengan Ramadan kali ini terpantau lebih rendah dalam dua tahun terakhir. Hal ini dimungkinkan karena turunnya inflasi harga bergejolak pada bulan Maret lalu.

Inflasi pada Maret 2023 mencapai 0,18% (month-to-month/mtm), lebih rendah dibandingkan 0,40% pada 2022 dan 0,32% pada 2021.

Jika dilihat secara tahunan, inflasi Maret sebesar 4,97% (yoy) lebih rendah dari inflasi Ramadan tahun 2022 yang mencapai 5,47%.

Inflasi bulan lalu juga lebih rendah dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi memperkirakan inflasi Maret 2023 akan menembus 0,29% dibandingkan (mtm), dan 5,15% (yoy)

Dari catatan BPS, inflasi inti secara tahunan terus mengalami penurunan. Inflasi inti per Maret 2023 mencapai 2,94% dari bulan sebelumnya 3,09%.

Inflasi yang rendah menjadi kabar baik, daya beli masyarakat akan lebih kuat, dan bisa membuat roda perekonomian lebih kencang.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular