Bisnis Gojek Sumbang 60% Pendapatan Grup GOTO

fsd, CNBC Indonesia
03 April 2023 14:05
Mitra GoTo untuk layanan GoKilat atau GoSend Same Day Delivery (SMD) melakukan aksi mogok kerja dengan cara off bid secara massal di kawasan Kemang, Selasa, (8/6). Mogok massal tersebut dilakukan karena pihak GoTo mengubah insentif para kurir/driver secara sepihak. Ia mengatakan perubahan skema insentif GoSend FMD tersebut juga melanggar ketentuan perundang-undangan di Indonesia. Pasalnya, Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 tentang Kemitraan tidak membolehkan adanya keputusan sepihak tetapi melalui perundingan bersama yang menguntungkan para pihak yang bermitra. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Mitra GoTo untuk layanan GoKilat atau GoSend Same Day Delivery (SMD) melakukan aksi mogok kerja dengan cara off bid secara massal di kawasan Kemang, Selasa, (8/6/2021). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mitra pengemudi (driver) aplikasi ojek online (ojol) Gojek menjadi bagian integral dalam bisnis perusahaan merger eks startup, GoTo Gojek Tokopedia (GOTO).

Sepanjang tahun lalu, segmen on-demand yang terdiri dari ojek online, pengiriman makanan dan bisnis logistik berkontribusi atas mayoritas pendapatan kotor GOTO.

Pendapatan kotor segmen on-demand Grup GOTO mencapai Rp 13,6 triliun atau sekitar 60% dari total pendapatan kotor GOTO tahun 2022 yang mencapai Rp 22,9 triliun. Sebesar Rp 8,6 triliun diperoleh dari segmen e-commerce, Rp 1,7 triliun dari finansial dan Rp 300 miliar sisanya dari segmen lain.

Tahun lalu GOTO memberikan promo hingga Rp 11,6 triliun kepada konsumen, sehingga pendapatan bersih perusahaan tercatat Rp 11,3 triliun.

Sumbangsih driver ojol ikut terlihat dari kenaikan gross transaction value (GTV) bisnis on-demand naik 22% menjadi Rp 61,6 triliun. Dari total transaksi tersebut, GOTO menarik (take rate) potongan komisi kepada pengemudi dan mitra Gojek lainnya termasuk pengiriman makanan dan logistik sebesar ekuivalen dengan 22%, naik dari dari sebelumnya sebesar 20,4% pada 2021. Ini berarti GOTO memperoleh setoran Rp 11,6 triliun dari driver dan mitra lain, dengan Rp 50 triliun lainnya masuk langsung ke dompet para mitra.

GOTO dalam laporan keuangan tidak menyebut secara spesifik seberapa besar pendapatan kotor diperoleh dari kontribusi pengemudi ojol, namun mengungkapkan bahwa sektor transportasi merupakan salah satu core utama bisnis perusahaan.

Kenaikan potongan komisi tahun lalu merupakan salah satu strategi utama GOTO untuk dapat segera mencapai tingkat profitabilitas, yang oleh manajemen kunci perusahaan dapat tercapai akhir tahun depan.

Ketua Umum Asosiasi Pengemudi Ojek Daring Garda Indonesia Igun Wicaksono menjelaskan potongan besar dan pendapatan yang tak sebesar dulu membuat masyarakat tidak antusias menjadi pengemudi lagi. Fenomena yang berbeda dari sekitar tahun 2016, saat banyak orang berbondong-bondong beralih profesi menjadi driver ojol.

Saat pertama kali muncul tahun 2010-2015 penghasilan para pengemudi bisa mencapai Rp 10 juta. Tahun 2016, aplikasi mulai ada perekrutan besar-besaran untuk posisi driver.

Pada 2016-2018, pendapatan para driver mulai menurun hingga 50% dari sebelumnya. Hal ini diperparah dengan keadaan pandemi yang makin memotong pemasukan pengemudi.

Riset UI menyebut bahwa ekosistem GOTO diperkirakan memberikan nilai tambah Rp 349 triliun hingga Rp 428 triliun ke perekonomian Indonesia pada 2022 atau setara dengan sekitar 1,8% - 2,2% PDB nasional.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article GOTO Pede Mau Buyback Saham, Ternyata Ini Alasannya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular