Bak Roller Coaster di Sesi I, IHSG Terancam Ditutup Merah
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di 6.807,86 atau melemah sangat tipis 0,02% secara harian pada penutupan perdagangan sesi I Jumat (31/3/23).
Sebanyak 253 saham turun, 257 saham naik sementara 182 lainnya mendatar alias tidak berubah. Hingga istirahat siang, nilai transaksi mencapai sekitar Rp 4,58 triliun dengan melibatkan 9,32miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 804 ribu kali.
Menyusutnya IHSG tercermin dari mayoritas sektor yang melemah. Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia via Refinitiv, delapan sektor berada di zona merah. Sektor utilitas dan energi menjadi yang paling merugikan indeks turun masing-masing 0,55 dan 0,49 persen.
Pagi ini IHSG dibuka menguat namun berangsur melemah hingga penutupan sesi I. Wall Street yang menguat semalam sejatinya memberikan sentimen positif ke pasar saham Indonesia, IHSG.
Namun, investor veteran Jeffrey Gundlach memberikan saran sell on rally atau menjual saat terjadi kenaikan. Ia melihat dalam beberapa bulan ke depan Amerika Serikat akan mengalami resesi dan The Fed akan memangkas suku bunga beberapa kali tahun ini.
Rilis data inflasi AS versi personal consumption expenditure (PCE) malam ini menjadi perhatian utama pelaku pasar dan bisa berdampak ke pasar finansial Indonesia pekan depan. Data ini merupakan acuan The Fed dalam menetapkan kebijakan moneternya. Hasil polling Reuters menunjukkan inflasi inti PCE tumbuh 4,7% year-on-year (yoy) pada Februari, sama dengan bulan sebelumnya.
Perhatian juga tertuju ke China yang melaporkan data aktivitas manufaktur, dilihat dari purchasing managers' index (PMI). Hasil polling Reuters menunjukkan PMI manufaktur China bulan ini sebesar 51,5 lebih rendah dari bulan sebelumnya 52,6. Meski menurun, angka tersebut masih di atas 50 yang berarti ekspansi.
Hal ini bisa memberikan sentimen positif ke pasar saham hingga rupiah, sebab China saat ini menjadi penopang pertumbuhan ekonomi global. Sektor manufakturnya yang tetap berekspansi memberikan gambaran permintaan impor komoditas masih cukup bagus.
Analisis Teknikal
IHSG di analisis berdasarkan periode waktu 1 jam (hourly) dan menggunakan Bollinger Band (BB) dan pivot point untuk mencari resistance dan support terdekat.
Pada sesi I, IHSG berayun dari teritorial hijau ke merah usai tak mampu menembus resistance terdekat 6.830. Namun, IHSG masih mampu tertahan di atas pita tengah BB (6.803), kendati sempat turun ke bawah 6.800, tepatnya 6.790, pada pagi tadi.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Posisi RSI turun ke 56,84 terus keluar dari wilayah overbought.
Sementara, dilihat dari indikator lainnya, Moving Average Convergence Divergence (MACD), dalam grafik 1 jam grafik MACD berada di bawah garis sinyal usai membentuk dead cross, sinyal pembalikan (koreksi) pada Kamis kemarin.
Pada sesi II, IHSG berpotensi ditutup melemah dan kembali menguji support 6.800. Apabila tertembus, support selanjutnya berada di 6.736.
Sementara, resistance terdekat berada di 6.808 dan 6.830.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
(pap/pap)