Ini Alasan The Fed Putar Balik, Kucurkan Stimulus US$400 M

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve atau The Fed, telah belajar dari kesalahan dalam pengelolaan kebijakan moneternya selama ini. Pasalnya, agresivitas bank sentral AS ini telah menimbulkan korban dari sisi perbankan dan menguncangkan sendi-sendi stabillitas sistem keuangan ekonomi terbesar dunia tersebut.
Bayangkan hanya dalam hitungan minggu, tiga bank besar AS runtuh berjamaah, yakni Silicon Valley Bank, Silvergate dan Signature Bank.
Dari catatan CNBC Indonesia, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan 7 kali sepanjang 2022, secara kumulatif sepanjang Maret - Desember 2022 suku bunga The Fed telah naik 425 basis points (bps) atau 4,25% dari sebelumnya di level 0-0,25%. Kemudian, The Fed menaikkan kembali 2 kali pada awal tahun ini.
Suku bunga The Fed naik ke kisaran 4,5%-4,75% pada awal Februari 2023. Ini merupakan level tertinggi dalam 16 tahun terakhir. Hingga Maret 2023 ini, suku bunga telah naik ke kisaran 4,75 sampai 5 persen.
Hal ini yang menurut Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa menjadi biang dari pemicu rontoknya tiga bank besar di AS. Kesalahan ini membuat The Fed tersadar dan melakukan putar balik kebijakan moneternya.
Jika dilihat sebelum SVB jatuh, ketika mereka melancarkan quantitative easing di masa, balance sheet atau neraca The Fed tercatat sebesar US$ 8,9 triliun dan kemudian turun menjadi US$ 8,3 triliun setelah mereka mulai menaikkan suku bunga.
Ketika SVB jatuh, neraca The Fed naik hingga US$ 8,7 triliun. Ini terjadi hanya dalam waktu tiga minggu. Artinya, kata Purbaya, The Fed menyuntikkan stimulus US$ 400 miliar ke dalam sistem. Saat ini, akhirnya posisi neraca The Fed tidak jauh dari posisi saat mereka melakukan quantitative easing.
"Sekarang kalau kita bilang jadi kuantitatif easing lagi," kata Purbaya kepada CNBC Indonesia, dikutip Jumat (31/3/2023).
"Jadi kesalahan The Fed sebelumnya menaikkan bunga ketinggian, mengurangi uang kecepatan sehingga perbankannya dalam keadaan jelek, uangnya mengalami kontraksi 15% dan ekonomi juga terancam lambat akhirnya memaksa mereka berbalik arah," tambahnya.
Sebagaimana diketahui, Bank-bank AS telah berbondong-bondong menggunakan program pinjaman The Fed untuk mengakses pendanaan karena gejolak sistem keuangan yang timbul setelah beberapa kegagalan bank terkenal.
Runtuhnya Silicon Valley Bank (SVB) pada 10 Maret diikuti oleh Signature Bank pada 12 Maret mendorong deposan untuk menarik uang mereka dari beberapa bank dan menekan kinerja saham perusahaan keuangan. Hal ini membuat beberapa institusi mencari sumber uang tunai yang siap pakai, baik untuk membayar kembali nasabah atau untuk memastikan mereka memiliki cukup uang untuk menghadapi masa sulit.
The Fed yang didirikan pada tahun 1913 salah satunya bertujuan untuk menjadi tulang punggung sistem perbankan dan dapat meminjamkan uang kepada lembaga keuangan, dengan sejumlah syarat tertentu.
[Gambas:Video CNBC]
Perbankan Dunia Gonjang-ganjing, Rupiah Kena Getahnya!
(haa/haa)