
IHSG Dibuka HIjau, Tanda-tanda Bakal Happy Weekend?

Jakarta, CNBC Indonesia- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (31/3/23) menguat, naik 0,15% menjadi 6.818,82.
Pada pukul 09.03, indeks masih menguat 0,07% ke level 6.813,63. Perdagangan menunjukkan terdapat 204 saham menguat, 137 saham turun sementara 204 lainnya mendatar.
Perdagangan juga mencatatkan sebanyak 767 juta saham terlibat dengan nilai perdagangan baru mencapai Rp 457 miliar.
Wall Street yang menguat semalam memberikan sentimen positif ke pasar saham Indonesia, IHSG. Namun, investor veteran Jeffrey Gundlach memberikan saran sell on rally atau menjual saat terjadi kenaikan. Ia melihat dalam beberapa bulan kedepan Amerika Serikat akan mengalami resesi dan The Fed akan memangkas suku bunga beberapa kali tahun ini.
Meski demikian, investor veteran Ed Yardeni memprediksi Wall Street akan menguat ke depannya sebab The Fed menghentikan kenaikan suku bunga. Yardeni memprediksi indeks S&P 500 akan menyentuh 4.600 pada akhir tahun nanti, atau naik sekitar 14% dari level saat ini. Menurutnya krisis perbankan yang terjadi beberapa pekan terakhir sudah berakhir diredam. Pasca terjadinya krisis, The Fed diprediksi tidak akan lagi menaikkan suku bunga, meski tidak juga melakukan pemangkasan.
Rilis data inflasi AS versi personal consumption expenditure (PCE) malam ini menjadi perhatian utama pelaku pasar dan bisa berdampak ke pasar finansial Indonesia pekan depan. Data ini merupakan acuan The Fed dalam menetapkan kebijakan moneternya. Hasil polling Reuters menunjukkan inflasi inti PCE tumbuh 4,7% year-on-year (yoy) pada Februari, sama dengan bulan sebelumnya.
Perhatian juga tertuju ke China yang melaporkan data aktivitas manufaktur, dilihat dari purchasing managers' index (PMI). Hasil polling Reuters menunjukkan PMI manufaktur China bulan ini sebesar 51,5 lebih rendah dari bulan sebelumnya 52,6. Meski menurun, angka tersebut masih di atas 50 yang berarti ekspansi. Hal ini bisa memberikan sentimen positif ke pasar saham hingga rupiah, sebab China saat ini menjadi penopang pertumbuhan ekonomi global. Sektor manufakturnya yang tetap berekspansi memberikan gambaran permintaan impor komoditas masih cukup bagus.
Secara keseluruhan, sentimen positif ke pasar saham Asia, termasuk IHSG, diharapkan terus bertahan dengan melihat adanya indikasi stabilnya Wall Street dan potensi pemangkasan suku bunga The Fed. Namun, saran sell on rally dari Jeffrey Gundlach juga harus dipertimbangkan dengan hati-hati. Rilis data inflasi AS dan data aktivitas manufaktur China juga menjadi perhatian utama pelaku pasar untuk memprediksi pergerakan pasar finansial Indonesia ke depannya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat