
LAJU Akan Bagi Dividen, Tapi Sahamnya Gagal Melaju

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada pembukaan perdagangan Rabu (29/3/2023) PT Jasa Berdikari Logistics Tbk (LAJU) kembali jatuh pada Auto Rejection Bawah (ARB) 6,63%.
Penurunan sudah terjadi sejak Senin (27/3/2023) dan mulai jatuh Auto Rejection Bawah (ARB) pada Selasa (28/3/2023) dengan penurunan 6,70%.
Secara charting, pergerakan harga LAJU masih tertahan di garis EMA 21. Penurunan terjadi setelah harga saham LAJU telah melaju lebih dari 150% dari setelah listing. Diperkirakan investor sudah mulai mengambil keuntungan sementara, sehingga saham laju mengalami koreksi dalam tiga hari ke belakang.
Namun diketahui, Perseroan menjanjikan kepada para pemegang saham bahwa akan segera membagikan dividen tunai yang sumber dananya berasal dari laba bersih Tahun Buku 2022.
James Budiarto Tjandrakesuma selaku direktur LAJU mengatakan, "Mulai Tahun Buku yang berakhir 31 Desember 2022 dan seterusnya, manajemen perseroan bermaksud untuk membayarkan dividen tunai kepada pemegang saham atas laba bersih tahun berjalan perseroan."
Dimana rencana kebijakan pembagian dividen LAJU yang tertuang di dalam Prospektus penawaran umum perdana saham (IPO) pada Januari 2023. Disebutkan bahwa pembagian dividen tunai kepada pemegang saham dalam jumlah sebanyak-banyaknya 30 persen atas laba bersih tahun berjalan perseroan.
Selain itu, LAJU berencana menambah armada truk untuk memperkuat pangsa pasar di Ibukota Negara (IKN) Nusantara, Kalimantan Timur.
James Budiarto Tjandrakesuma selaku direktur LAJU mengatakan,"LAJU sedang menjajaki penggunaan truk listrik dengan salah satu produsen besar truk listrik."
Dengan armada truk listrik maka posisi perseroan dalam pangsa pasar bisnis logistik akan semakin kuat. Pasalnya pemerintah mencanangkan bisnis yang boleh beroperasi di IKN Nusantara, Kalimantan Timur wajib menggunakan kendaraan listrik.
Selain itu, LAJU memiliki kontrak dengan sektor ritel seperti Alfamidi, SIRCLO, Air Minum Club dan Mulia Keramik. Dengan adanya kontrak dari mitra bisnis utama, diharapkan dapat menjaga pertumbuhan gross profit margin di kisaran 20-25% per tahun.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(saw/saw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Logistik Alfamidi Siap Ramaikan BEI, Apakah Layak Beli?