Market Commentary

Saham Bank Jago Ambles, Terpengaruh Krisis Perbankan Global?

Market - Tim Riset, CNBC Indonesia
27 March 2023 14:41
pembukaan bursa saham Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten bank digital berkapitalisasi pasar besar (big cap) yakni PT Bank Jago Tbk (ARTO) terpantau ambles pada perdagangan sesi II Senin (23/3/2023), karena investor khawatir dengan munculnya kembali sentimen krisis perbankan global.

Per pukul 14:11 WIB, saham ARTO ambles 4,2% ke posisi harga Rp 2.280/unit. Saham ARTO pada hari ini bergerak di rentang harga Rp 2.280 - 2.400.

Saham ARTO sudah ditransaksikan sebanyak 3.467 kali dengan volume sebesar 15,05 juta lembar saham dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp 34,73 miliar. Adapun kapitalisasi pasarnya (market cap) saat ini mencapai Rp 31,59 triliun.

Dari rasio harga dan nilai bukunya, price to earnings ratio (PER) ARTO saat ini mencapai 1.994,02 kali (annualized), menandakan bahwa saham ARTO sudah terbilang mahal. Jika dibandingkan dengan industri perbankan lainnya, tentunya saham ARTO sudah jauh lebih mahal, di mana PER rata-rata perbankan di RI saat ini mencapai 12,7 kali.

sedangkan rasio price to book value (PBV) ARTO saat ini sebesar 3,84 kali, juga lebih mahal dari PBV industri perbankan di RI yang mencapai 2 kali.

Belum diketauhi secara pasti penyebab masih amblesnya saham ARTO selain karena investor melakukan aksi profit taking. Tetapi, kekhawatiran pasar yang kembali muncul setelah sentimen dari krisis perbankan yang kembali mewarnai pasar global juga menjadi sentimen negatif bagi saham perbankan digital, termasuk saham ARTO.

Krisis perbankan global belum sepenuhnya mereda, di mana krisis tersebut kembali memakan korban baru, yakni Deutsche Bank AG.

Sebelumnya pada Jumat pekan lalu, saham Deutsche Bank AG anjlok setelah biaya asuransi utang terhadap gagal bayar (Credit Default Swap/CDS) melonjak ke level tertinggi dalam beberapa tahun. Kenaikan CDS menjadi sinyal baru akan kekhawatiran investor terhadap bank global.

CDS yang merupakan sejenis asuransi untuk pemegang obligasi perusahaan terhadap kebangkrutan/gagal bayar (default) melonjak menjadi 173 basis poin pada Kamis malam dari 142 basis poin pada hari sebelumnya.

Dengan adanya kasus Deutsche Bank ini, maka krisis perbankan global sejatinya belum berakhir. Bahkan, Dana Moneter Internasional (IMF) menilai bahwa risiko stabilitas finansial semakin meningkat dan meminta semua negara terus waspada.

Meski demikian, langkah yang diambil otoritas di negara-negara maju mampu membuat pasar sedikit lebih tenang.

Gonjang-ganjing yang melanda sektor perbankan global memberikan sentimen negatif tetapi juga ada dampak bagusnya.

Pasar kini melihat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tidak akan menaikkan suku bunga lagi. Bahkan banyak yang memprediksi suku bunga akan dipangkas pada Juli nanti.

Hal tersebut tercermin dari perangkat FedWatch milik CME Group, pasar melihat ada probabilitas sebesar 54%, The Fed akan memangkas suku bunganya 25 basis poin menjadi 4,5% - 4,75%.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Bank Jago Konsisten Perluas Ekosistem & Diversifikasi Risiko


(chd/chd)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading