Sambut Keputusan Fed, Harga Minyak Dunia Mendidih

Market - mae, CNBC Indonesia
23 March 2023 09:10
Kilang minyak Foto: Pixabay/John Perry

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia melonjak setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) hanya menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) menjadi 4,75-5,0%. Namun, harga minyak melandai pada pagi hari ini.

The Fed juga sempat mempertimbangkan untuk tidak menaikkan suku bunga meskipun pada akhirnya tetap mengerek suku bunga.

Mengutip Refinitiv, pada perdagangan pada Rabu (22/3/2023) harga minyak mentah Brent ditutup di posisi US$76,69 per barel, harganya melonjak 1,82%. Sementara WTI ditutup melesat 2,26% ke posisi US$70,69 per barel.



Harga kedua jenis minyak tersebut memang melandai pada pagi hari ini.

Pada pukul 08:30 WIB, minyak mentah Brent melemah 0,6% ke posisi US76,23 per barel sementara WTI melandai 0,8% ke posisi US$70,33 per barel.

Kenaikan 25 bps serta adanya pertimbangan untuk menahan suku bunga membuat pasar berekspektasi The Fed akan segera mengakhiri kebijakan moneter ketatnya.

Kondisi ini diharapkan bisa membuat ekonomi dunia bisa bergerak lebih cepat sehingga permintaan minyak akan naik.

"Kenaikan 25 bps jelas tidak mengejutkan tetapi adanya bahasa yang mengisyaratkan risiko jika ada kenaikan itulah yang membuat harga minyak dengan cepat naik," tutur analis energi Ritterbusch and Associates, dikutip dari Reuters.

Keputusan The Fed juga membuat dolar melemah sehingga menguntungkan minyak. Harga minyak jadi lebih murah sehingga permintaan bisa meninglat.

Indeks dolar melemah ke posisi 102,35 atau terendah sejak 2 Februari 2023.

Sebelumnya harga minyak membukukan penurunan terbesar dalam beberapa bulan setelah bangkrutnya beberapa bank AS dan krisis di Credit Suisse Eropa. Penyelamatan darurat Credit Suisse selama membantu menghidupkan kembali harga minyak.

Pejabat OPEC+, manajer dana lindung nilai, dan pelaku pasar minyak menyebut penurunan harga minyak baru-baru ini bersifat spekulatif dan bersikeras bahwa peningkatan permintaan akan mendorong harga ke level yang lebih tinggi dalam beberapa bulan mendatang.

Analis ANZ mengatakan pedagang besar melihat faktor fundamental dapat mendorong harga lebih tinggi.

"Ada kekhawatiran bahwa pasokan mungkin juga terpukul lebih dari permintaan di tengah krisis perbankan. Output shale AS paling berisiko dari kondisi kredit yang lebih ketat dari bank-bank regional AS," kata analis ANZ dalam catatan klien.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Duh! Minyak Merosot Akhir 2022, Resesi Dunia Terkonfirmasi?


(mae/mae)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading