Wall Street Dibuka Cerah Lagi, Krisis Bank Sudah Berakhir?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street dibuka cenderung bergairah pada perdagangan Selasa (21/3/2023), di tengah meningkatnya optimisme pasar setelah Menteri Keuangan AS, Janet Yellen menjamin dapat mengatasi krisis perbankan.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) dibuka melesat 1,02% ke posisi 32.573,109, S&P 500 menanjak 0,99% ke 3.990,84, dan Nasdaq Composite menguat 0,84% menjadi 11.773,58.
Saham First Republic Bank yang beberapa hari sebelumnya merana kini berhasil bangkit dan memimpin saham-saham perbankan di AS. Saham First Republic Bank dibuka meroket 21,9%, setelah sehari sebelumnya sempat ambruk parah hingga 47%.
Sedangkan saham bank di AS lainnya seperti SPDR Regional Banking ETF melesat 3%. Saham perbankan di AS mendapat dorongan setelah Menteri Keuangan AS, Janet Yellen mengatakan bahwa pemerintah siap untuk memberikan jaminan lebih lanjut dari deposito jika krisis perbankan kembali memburuk.
Tindakan tersebut dilakukan sehari setelah akusisi Credit Suisse oleh UBS, yang direkayasa oleh pemerintah Swiss. Investor juga menyambut baik berita bahwa JPMorgan Chase dapat memberi saran kepada First Republic Bank tentang alternatif strategis.
"Aksi profit taking di saham perbankan AS tampaknya sudah habis dan munculnya masalah setoran baru pada nama baru untuk menghasilkan pasokan tambahan, meskipun masih sangat sedikit minat investor untuk kembali masuk ke saham perbankan, terutama di regional," kata Adam Crisafulli, pendiri Vital Knowledge, dikutip dari CNBC International.
Pasar berharap dengan terus bermunculannya kabar baik dari sektor perbankan, maka krisis perbankan di AS yang sebelumnya membebani sentimen pasar pekan lalu bakal berakhir di First Republic Bank.
Setelah mereka cenderung optimis kembali bahwa krisis perbankan sudah jauh mereda, saat ini mereka mengharapkan kecepatan pengetatan yang lebih lambat dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), sehubungan dengan krisis perbankan.
Berdasarkan data CME FedWatch, pelaku pasar melihat ada probabilitas sebesar 81,9%, The Fed akan menaikkan suku bunganya lagi sebesar 25 basis poin (bp). Sementara 18,1% probabilitas sisanya melihat The Fed tidak akan menaikkan suku bunganya, alias mempertahankan suku bunga acuannya.
"Risiko penularan telah meningkat dan dapat mendorong The Fed untuk menghentikan siklus kenaikan suku bunga saat ini, meskipun pada pekan ini The Fed cenderung masih akan menaikkan suku bunga," kata Jeffrey Roach, kepala ekonom di LPL Financial, dilansir dari CNBC International.
"The Fed kemungkinan akan memberi sinyal bahwa mereka mendekati akhir dari kampanye kenaikan suku bunga karena risiko resesi meningkat dan tekanan inflasi menurun," tambahnya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[Gambas:Video CNBC]
Inflasi Kembali Melandai, Wall Street Dibuka Happy!
(chd/chd)