
Hawa Pasar Gak Kondusif, Waspada Potensi Rebound IHSG Kecil

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di 6.612,49 atau turun drastis 0,98% secara harian pada penutupan perdagangan sesi II Senin (20/3/2023).
Sebanyak 346 saham melemah, 189 saham tidak bergerak dan hanya 175 yang menguat. Sore ini, nilai transaksi sepi, hanya sekitar Rp7,79 triliun dengan melibatkan 18,8 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,24 juta kali.
Asing sendiri melakukan penjualan bersih (net sell) Rp427,04 miliar di pasar reguler, dengan saham BBRI membukukan aliran dana asing bersih terbesar (Rp104,4 miliar).
Pada Senin, IHSG konsisten diperdagangkan di zona merah dan bahkan sempat menyentuh level terendah keluar zona psikologis 6.600 tepatnya di 6.587 sesaat sebelum penutupan.
Dalam lima hari perdagangan, gap koreksi menjadi 2,57%. Lalu, sejak awal tahun, IHSG masih membukukan pelemahan 3,48% (year to date).
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) via Refinitiv, seluruh sektor melemah. Sektor utilitas, teknologi dan energi memimpin menjadi yang paling merugikan indeks, turun masing-masing sebesar 1,78%.
Krisis perbankan di Amerika Serikat (AS) masih menjadi perhatian pasar. Para investor akan terus memantau apakah kasus First Republic Bank akan menjadi kasus terakhir atau masih akan ada "korban" baru, meskipun sebelumnya ada kabar baik bahwa 11 bank di AS berniat membantu First Republic Bank agar dampak krisis tidak semakin meluas.
Selain itu, perhatian pasar global tertuju pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada Selasa hingga Rabu pekan ini waktu setempat.
Kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) dan beberapa bank di AS lainnya, The Fed diprediksi tidak akan agresif lagi menaikkan suku bunga acuannya yang juga bisa menguntungkan bagi rupiah.
Berdasarkan perangkat FedWatch miliki CME Group pelaku pasar melihat ada probabilitas sebesar 62%, The Fed akan menaikkan suku bunganya lagi sebesar 25 basis poin (bp). Sementara 20% probabilitas sisanya melihat The Fed tidak akan menaikkan suku bunganya.
Ekspektasi tersebut berbalik dengan cepat pasca kolapsnya SVB, sebelumnya pasar yakin The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bp.
Meskipun optimisme pasar melihat dari inflasi AS yang kembali melandai menjadi 6% pada Februari lalu, The Fed juga mempertimbangkan kondisi pasar tenaga kerja AS yang masih cukup kuat, sembari juga perlu melihat kondisi perbankan di AS.
Hari ini, investor akan melihat pergerakan bursa saham AS, Wall Street, dan mood pelaku pasar di bursa regional Asia untuk menentukan posisi di bursa saham domestik.
Analisis Teknikal
![]() Jakarta |
IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu harian (daily) dan menggunakan Bollinger Band (BB) dan pivot point untuk mencari resistance dan support terdekat.
Pada Senin, IHSG membentuk candle Marubozu merah, setelah tertahan di bawah resistance berupa pivot points terdekat 6.681.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Posisi RSI berada di 35,60, masih di kisaran jenuh jual.
Sedangkan, dilihat dari indikator lain yaitu Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis MACD masih berada di bawah garis sinyal dengan kecenderungan melebar. Sedangkan, histogram MACD terus membentuk bar negatif.
Pada hari ini, sejauh IHSG mampu bertahan di atas level support berupa pita bawah BB (6.588), IHSG berpotensi menguji resistance terdekat di 6.681.
Apabila level support tertembus, IHSG berpotensi menguji kembali level psikologis 6.600.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat