Krisis Global Belum Berakhir, IHSG Ditutup Ambruk 0,98%

Muhammad Azwar, CNBC Indonesia
Senin, 20/03/2023 15:41 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sesi II Senin (20/3/23) berakhir di 6.612,49 atau turun drastis 0,98% secara harian.

Sebanyak 346 saham melemah, 189 saham tidak bergerak dan hanya 175 yang menguat. Sore ini,nilaitransaksi mencapaisekitarRp7,79 triliundengan melibatkan18,8miliar sahamyang berpindah tangan sebanyak 1,24 juta kali.


Hari ini IHSG konsisten diperdagangkan di zona merah dan bahkan sempat menyentuh level terendah keluar zona psikologis 6.600 tepatnya di 6.587 sesaat sebelum penutupan. Dalam lima hari perdagangan, gap koreksi menjadi 2,57%. Lalu, sejak awal tahun, IHSG masih membukukan pelemahan 3,48% (year to date).

Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) via Refinitiv, seluruh sektor melemah. Sektor utilitas, teknologi dan energi memimpin menjadi yang paling merugikan indeks, turun masing-masing sebesar 1,78%.

Adapun limabottom moversIHSG hari ini berdasarkan bobot indeks poinnya meliputi

  1. PT Gojek Tokopedia -15,08
  2. PT Telkom Indonesia -7,26
  3. PT Bayan Resources -7,21
  4. PT Bank Mandiri -4,71
  5. PT United Tractors -2,70

Krisis perbankan di Amerika Serikat (AS) hingga hari ini masih menjadi perhatian pasar. Para investor akan terus memantau apakah kasus First Republic Bank akan menjadi kasus terakhir atau masih akan ada "korban" baru, meskipun sebelumnya ada kabar baik bahwa 11 bank di AS berniat membantu First Republic Bank agar dampak krisis tidak semakin meluas.

Selain itu, perhatian pasar global tertuju pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada Selasa hingga Rabu pekan ini waktu setempat.

Kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) dan beberapa bank di AS lainnya, The Fed diprediksi tidak akan agresif lagi menaikkan suku bunga acuannya yang juga bisa menguntungkan bagi rupiah.

Berdasarkan perangkat FedWatch miliki CME Group pelaku pasar melihat ada probabilitas sebesar 62%, The Fed akan menaikkan suku bunganya lagi sebesar 25 basis poin (bp). Sementara 20% probabilitas sisanya melihat The Fed tidak akan menaikkan suku bunganya.

Ekspektasi tersebut berbalik dengan cepat pasca kolapsnya SVB, sebelumnya pasar yakin The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bp.

Meskipun optimisme pasar melihat dari inflasi AS yang kembali melandai menjadi 6% pada Februari lalu, The Fed juga mempertimbangkan kondisi pasar tenaga kerja AS yang masih cukup kuat, sembari juga perlu melihat kondisi perbankan di AS.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat