Market Commentary

IHSG Ambles Nyaris 1%, 8 Saham Ini Jadi Biang Keroknya

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
20 March 2023 15:46
Pengunjung melintas dan mengamati pergerakan layar elektronik di di Jakarta, Selasa (2/1/2018).
Foto: Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau merosot nyaris 1% pada akhir perdagangan Senin (20/3/2023), di mana investor cenderung wait and see menanti sikap bank sentral Amerika Serikat (AS).

IHSG merosot 0,98% ke posisi 6.612,49. IHSG pada hari ini bergerak direntang 6.587,69 - 6.678,24.

Secara sektoral, sektor teknologi menjadi yang paling besar koreksinya pada hari ini yakni mencapai 3,47%, disusul sektor energi yang ambles 1,87%, dan sektor infrastruktur yang ambrol 1,29%.

Terpantau delapan saham berkapitalisasi pasar besar (big cap) menjadi pemberat laju pergerakan indeks pada perdagangan sesi I hari ini.

Berikut saham-saham yang menjadi pemberat (laggard) IHSG hari ini.

EmitenKode SahamIndeks PoinHarga TerakhirPerubahan Harga
GoTo Gojek TokopediaGOTO-15,06108-6,90%
Telkom IndonesiaTLKM-7,293.990-1,48%
Bayan ResourcesBYAN-7,2319.350-1,90%
Bank MandiriBMRI-4,7610.000-0,99%
United TractorsUNTR-2,7127.700-2,64%
Bank Rakyat IndonesiaBBRI-2,544.880-0,41%
Kalbe FarmaKLBF-2,462.170-2,25%
Adaro Energy IndonesiaADRO-2,002.720-2,16%

Sumber: Refinitiv

Saham emiten teknologi yakni PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menjadi pemberat IHSG terbesar pada perdagangan hari ini, yakni mencapai 15,06 indeks poin.

Kemudian di posisi kedua ada saham telekomunikasi BUMN yakni PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang membebani IHSG hingga 7,29 indeks poin.

Bahkan, tiga saham raksasa batu bara yakni PT Bayan Resources Tbk (BYAN), PT United Tractors Tbk (UNTR), dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) juga turut membebani IHSG hari ini.

Krisis perbankan di Amerika Serikat (AS) hingga hari ini masih menjadi perhatian pasar. Para investor akan terus memantau apakah kasus First Republic Bank akan menjadi kasus terakhir atau masih akan ada "korban" baru, meskipun sebelumnya ada kabar baik bahwa 11 bank di AS berniat membantu First Republic Bank agar dampak krisis tidak semakin meluas.

Selain itu, perhatian pasar global tertuju pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada Selasa hingga Rabu pekan ini waktu setempat.

Kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) dan beberapa bank di AS lainnya, The Fed diprediksi tidak akan agresif lagi menaikkan suku bunga acuannya yang juga bisa menguntungkan bagi rupiah.

Berdasarkan perangkat FedWatch miliki CME Group pelaku pasar melihat ada probabilitas sebesar 62%, The Fed akan menaikkan suku bunganya lagi sebesar 25 basis poin (bp). Sementara 20% probabilitas sisanya melihat The Fed tidak akan menaikkan suku bunganya.

Ekspektasi tersebut berbalik dengan cepat pasca kolapsnya SVB, sebelumnya pasar yakin The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bp.

Meskipun optimisme pasar melihat dari inflasi AS yang kembali melandai menjadi 6% pada Februari lalu, The Fed juga mempertimbangkan kondisi pasar tenaga kerja AS yang masih cukup kuat, sembari juga perlu melihat kondisi perbankan di AS.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Loyo, GOTO dan 3 Raksasa Batu Bara Jadi Beban

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular