Breaking! Harga Minyak Ambruk 3%, Terendah Dalam 15 Bulan

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
20 March 2023 15:01
FILE PHOTO: Oil pours out of a spout from Edwin Drake's original 1859 well that launched the modern petroleum industry at the Drake Well Museum and Park in Titusville, Pennsylvania U.S., October 5, 2017. REUTERS/Brendan McDermid/File Photo
Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia anjlok hampir 3% dan menyentuh harga terendah dalam 15 bulan.

Para investor tampak khawatir akan risiko di sektor perbankan global dapat menyebabkan resesi keunagn global yang dapat menyurutkan permintaan minyak.

Mengutip Refinitiv pada perdagangan Senin (20/3/2023) pukul 14.30 WIB harga minyak mentah brent tercatat US$71,02 per barel, turun 2,7% dibandingkan kemarin. Sementara jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) longsor 2,89% ke US$64,81 per barel.

Penurunan harga minyak terjadi meskipun ada kesepakatan UBS, bank terbesar di Swiss, membeli Credit Suisse pemberi pinjaman No. 2 di negara itu dalam upaya untuk menghentikan penyebaran krisis perbankan.

Menyusul pengumuman tersebut, Federal Reserve AS, Bank Sentral Eropa dan bank sentral utama lainnya berjanji untuk meningkatkan likuiditas pasar dan mendukung bank lain.

"Fokus pasar adalah pada volatilitas sektor perbankan saat ini dan potensi kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh Fed," kata Baden Moore, kepala penelitian komoditas National Australia Bank, dikutip Reuters pada Senin (20/3/2023).

"Pertemuan OPEC yang akan datang adalah katalis potensial lain pada prospek pasar. Risiko penurunan harga lebih lanjut meningkatkan kemungkinan OPEC mengurangi produksi lebih lanjut untuk mendukung harga," tambah Moore, mengacu pada Organisasi Negara Pengekspor Minyak.

Federal Reserve AS diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan 22 Maret meskipun gejolak sektor perbankan baru-baru ini, menurut sebagian besar ekonom yang disurvei oleh Reuters.

Namun, beberapa pejabat meminta bank sentral untuk menghentikan sementara pengetatan kebijakan moneternya untuk saat ini dan akan dialnjutkan saat kondisi lebih stabil.

Perlu diketahui, perlambatan kenaikan suku bunga dapat menekan greenback, membuat komoditas berdenominasi dolar seperti minyak mentah lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya.

"Volatilitas kemungkinan akan bertahan minggu ini, dengan kekhawatiran pasar keuangan yang lebih luas kemungkinan akan tetap menjadi yang terdepan. Selain itu, kami mengadakan pertemuan FOMC minggu ini, yang menambah ketidakpastian lebih lanjut ke pasar," kata ING Bank dikutip Reuters.

"Sementara kami masih mengharapkan pasar untuk tren lebih tinggi sepanjang tahun, $100 per barel ditambah Brent kemungkinannya kecil."

Sementara itu OPEC+, akan bertemu pada 3 April, dengan pertemuan tingkat menteri penuh direncanakan pada 4 Juni. Organisasi tersebut telah sepakat pada Oktober untuk memangkas target produksi minyak sebesar 2 juta barel per hari. hingga akhir tahun 2023.

Secara terpisah, Goldman Sachs memangkas perkiraan untuk minyak mentah Brent setelah harga anjlok karena kekhawatiran perbankan dan resesi. Bank investasi sekarang mengharapkan Brent rata-rata US$94 per barel dalam 12 bulan ke depan, dan US$97 pada paruh kedua tahun 2024, turun dari US$100 sebelumnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH 

[email protected]


(ras/ras) Next Article Ambyar! Perdagangan Pertama 2023 Harga Minyak Longsor 4%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular