Investor Was-Was Jelang Rapat Fed, Rupiah Takluk vs Dolar

mae, CNBC Indonesia
20 March 2023 15:06
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

CNBC Indonesia - Rupiah mengakhiri perdagangan hari ini di zona merah setelah takluk di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Pada perdagangan hari ini, Senin (20/3/2023), rupiah ditutup di posisi Rp 15.355/US$. Mata uang Garuda melemah 0,10%.

Pelemahan rupiah hari ini berbanding terbalik dengan penguatan pada akhir pekan lalu. Pada Jumat (17/3/2023), rupiah menguat 0,23% dan secara sepekan melonjak 0,68%.

Pelemahan rupiah hari ini disebabkan oleh sikap wait and see investor menjelang pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed). Rupiah juga tertekan oleh dampak krisis perbankan di AS.

 

Seperti diketahui, The Fed akan menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada Selasa dan Rabu pekan ini waktu AS (21-22/3/2023).

Di tengah kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) dan dua bank lainnya, The Fed diprediksi tidak akan agresif lagi menaikkan suku bunga acuannya.

Berdasarkan perangkat FedWatch miliki CME Group pelaku pasar melihat ada probabilitas sebesar 80% The Fed akan menaikkan suku bunga 25 basis poin pada rapat Kamis. Sementara 20% probabilitas sisanya melihat The Fed tidak akan menaikkan suku bunganya.

Namun, kekhawatiran investor tetap membuat rupiah tertekan. Rupiah juga tetap melemah meskipun Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan jika BI akan tetap menjaga nilai tukar.

Hari ini, Perry menjalani fit and proper test jabatan Gubernur BI untuk periode kedua. Fit and proper test yang dilakukan Komisi XI sudah menyepakati Perry untuk melanjutkan periode kedua.

"Untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dari rentetan dampak gejolak pasar keuangan global, kami tidak segan menempuh kebijakan intervensi di pasar valuta asing secara tunai (spot), DNDF Domestic Non Deliverable Forward) , dan pembelian/penjualan SBN (Surat Berharga Negaar) dari pasar sekunder, atau yang kami sebut triple intervention," tutur Perrty, di hadapan DPR, Senin (20/3/2023).

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Ambruk Setelah Terbang Tinggi, Habis Tenaga?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular