
RI Sudah Punya Ganti Visa & Mastercard, Ini Kecanggihannya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memastikan sistem keamanan dan layanan kartu kredit domestik yang bakal diluncurkan pada April 2023 tidak akan kalah dari prinsipal internasional seperti Visa dan Mastercard.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan, sistem keamanan ini menjadi fokus utama, selain layanan transaksi yang akan menjadi lebih murah dari penyedia internasional karena settlement di dalam negeri.
"Saat Visa-Mastercard melakukan settlement yang sangat banyak itu dia punya alat yang sangat canggih, punya kemampuan yang sangat bagus untuk mendeteksi fraud, dan segala macam, itu yang juga harus dibangun," kata Erwin di Yogyakarta, Senin (20/3/2023)
Erwin menjelaskan, proses penyiapan kartu kredit domestik ini juga sebetulnya sudah sangat lama dilakukan. Sebagai informasi, dalam mendesain sistem settlement ini BI sudah meluncurkan Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) sejak 2018, namun baru memfasilitasi layanan kartu debit.
"Ini yang menyebabkan kartu kredit domestik tidak bisa overnight, kita harus bangun itu, kemampuan untuk fraud detection system, diantaranya itu," tutur Erwin.
Sehingga terus penggunaan kartu kredit domestik itu bisa seaman seperti penggunaan kartu kredit internasional tadi, itu yang sebabkan diskusinya sudah cukup lama. Mudah-mudahan paling tidak awal April sudah launching," ungkapnya.
Tanpa adanya sistem keamanan yang memadai, ia memastikan layanan kartu kredit domestik tidak akan laku dipasaran. Apalagi, BI tak akan memaksa perbankan atau penerbit menggunakan layanan itu, sebab skemanya akan dilepas ke pasar supaya ada persaingan bisnis yang sehat.
"Kalau nanti misalnya kartu kredit domestik lebih murah, tapi less secure, enggak akan laku juga. Katakan ada persaingan, promo, kan bagus juga ada persaingan. Tentu saja itu butuh persaingan secara bisnis as usual," ucap Erwin.
Persoalan kesiapan keamanan kartu kredit domestik ini sebelumnya telah menjadi sorotan pelaku bisnis di sektor kartu kredit. Salah satunya Direktur Eksekutif Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI), Steve Marta.
Menurutnya, sistem keamanan yang perlu diperkuat adalah keamanan data para pengguna maupun pelaku usaha di sektor itu supaya tidak gampang dicuri orang lain. Sebab, ini yang membedakan dengan penyedia jasa penerbitan kartu kredit internasional yang bisa sewaktu-waktu mengintip data penggunanya.
"Tapi apabila kita lokal, orang-orang yang pegang data, standarnya tidak bisa mengikuti standar dunia misalkan, ya sama saja bahaya juga," kata Steve.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bahaya! Pemerintah Pakai Visa & Mastercard, Data RI Dicuri AS