Kemarin Emas, Sekarang Giliran IHSG Pesta Pora

Jakarta, CNBC Indonesia- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I hari ini (17/3/23) ditutup naik drastis ke zona psikologis 6.600 tepatnya di level 6.655,72 atau terapresiasi 1,37% secara harian.
Terdapat 350 saham menguat, 194 saham turun sementara 137 lainnya stagnan alias tak berubah.
Hingga istirahat siang, terdapat sekitar 9,84 miliar saham terlibat yang berpindah tangan sebanyak 838 ribu kali serta nilai transaksi sekitar Rp 4,98 triliun.
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia via Refinitiv, hampir seluruh sektor berada di zona hijau alias menguat. Sektor utilitas, finansial dan kesehatan menjadi top tiga sektor yang paling menguntungkan indeks, masing-masing naik 1,84%, 1,61% dan 1,48%. Hanya sektor real estate yang terpantau melemah 0,22%.
Seluruh bank besar tanah air menguat pada perdagangan siang ini. Bank Rakyat Indonesia menjadi yang paling bergairah dengan kenaikan 2,11% disusul Bank Mandiri yang menguat 1,78%. Di sisi yang sama, Bank Negara Indonesia dan Bank Central Asia naik 1,68% dan 1,20%.
Selain itu, IHSG juga besar ditopang oleh saham Gojek Tokopedia sebesar 7,54 indeks serta Telkom Indonesia 4,84 indeks poin.
Sentimen positif utama datang dari kinerja impresif Wall Street. Setelah menjalani periode yang berdarah-darah sejak awal pekan, Wall Street akhirnya membukukan penguatan yang luar biasa. Kembalinya kepercayaan investor pada sistem perbankan AS membuat ketiga bursa menghijau dengan penguatan lebih dari 1%. Investor yang semula khawatir dengan meluasnya krisis kini bisa bernafas lega setelah bank-bank bermasalah mendapat bantuan.
Sekitar 11 bank memutuskan untuk menaruh dana hingga US$ 30 miliar untuk menyelamatkan First Republic Bank yang tengah jadi sorotan. Krisis perbankan di Eropa juga mulai mereda setelah bank sentral Swiss, Swiss National Bank, akan memberi pinjaman sebesar US$ 54 miliar kepada bank berusia 167 tahun tersebut.
Dalam hal ini, ekonom BMO Capital Markets, Priscilla Thiagamoorthy, mengungkapkan bahwa The Fed jelas menghadapi tantangan berat dalam menyeimbangkan kebijakannya. Di satu sisi, The Fed harus menurunkan harga tanpa membuat pasar keuangan jatuh lebih dalam dan menyebabkan resesi. Rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan diadakan pada 21-22 Maret mendatang menjadi momen penting bagi pasar keuangan untuk melihat arah kebijakan The Fed selanjutnya.
Meski demikian, pasar keuangan juga masih berhadapan dengan sentimen negatif dari luar negeri, yaitu ketatnya data tenaga kerja di AS serta keputusan ECB menaikkan suku bunga. Bank sentral Eropa (ECB) Kamis malam waktu Indonesia memutuskan tetap menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps menjadi 3,5% di tengah krisis perbankan. Suku bunga saat ini adalah yang tertinggi sejak akhir 2008.
Sentimen dalam negeri datang dari Bank Indonesia (BI)setelah mempertahankan suku bunga di level 5,75%. Level suku bunga 5,75% juga sudah mempertimbangkan kenaikan suku bunga acuan The Fed di kisaran 5,25-5,75%. Sebagai catatan, The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 450 bps dalam setahun terakhir menjadi 4,5-4,75%.
Perry mengatakan The Fed memang akan mempertimbangkan krisis perbankan AS dalam menentukan kebijakan pekan depan. Namun, The Fed akan tetap menjadikan faktor fundamental yakni inflasi.
"Ada potential skenario, The Fed akan menaikkan (suku bunga) 5,5-5,75%. The Fed memang akan mempertimbangkan financial stability tetapi sudah ada langkah-langkah dan program untuk menyelamatkan bank," imbuh Perry, dalam konferensi pers, Kamis (16/3/2023).
CNBC INDONESIA RESEARCH
[Gambas:Video CNBC]
IHSG Roller Coaster di Sesi 1, Mau Kemana Nih di Sesi 2 ?
(fsd/fsd)