
Gonjang-ganjing Perbankan Global, IHSG Ambles Nyaris 1%

Jakarta, CNBC Indonesia- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sesi II hari ini (16/3/23) berakhir di 6.565,73 atau turun signifikan 0,94% secara harian.
Parahnya, terdapat 470 saham turun, hanya segelintir saham yang menguat yakni sebanyak 97 sementara 130 lainnya stagnan alias tidak berubah.Perdagangan menunjukkan nilaitransaksisekitarRp10,34 triliundengan melibatkan17,6miliar saham.
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) via Refinitiv, hampir seluruh sektor melemah dengan sektor utilitas memimpin pelemahan sebesar 2,77%. Hanya sektor kesehatan menguat sebesar 0,86%.
Hari ini IHSG konsisten diperdagangkan di zona merah dan sempat menyentuh level terendah harian di level 6542,8. Perdagangan sore ini sekaligus melanjutkan penurunan dua hari sebelumnya sehingga dalam lima hari perdagangan, gap koreksi semakin lebar menjadi 3,4%. Lalu, sejak awal tahun, IHSG masih membukukan pelemahan 4,16% (year to date).
Berikut limabottom moversIHSG berdasarkan bobot index poinnya:
- PT Bank Mandiri Tbk (-9,42)
- PT Gojek Tokopedia Tbk (-7,54)
- PT Merdeka Copper Gold Tbk (-4,05)
- PT Adaro Energy Indonesia Tbk (-3,65)
- PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (-3,36)
Pelemahan tidak hanya dirasakan IHSG. Hal serupa juga terjadi pada mayoritas bursa Asia yang kompak diperdagangkan di wilayah negatif. Dalam update-annya per pukul 15.28, Nikkei 225 turun 0,80%, Hang Seng Index merosot 1,72%, Shanghai Composite melorot 1,12% dan Strait Times Index melandai 0,63%.
Sentimen negatif salah satunya berasal dari ambruknya saham utama Eropa dan Amerika Serikat (AS) setelah krisis yang menimpa SVB, Signature Bank, dan Credit Suisse.
Selain itu, adanya persoalan besar dalam sistem perbankan dunia, terutama yang menimpa Credit Suisse dan bank-bank AS, membuat pelaku pasar keuangan global mengkhawatirkan dampak domino dari tumbangnya bank-bank tersebut.
Presiden Joko Widodo mengingatkan dampak besar dari krisis perbankan tersebut dan meminta semua pihak untuk waspada. Bank sentral Eropa akan menggelar rapat terkait kebijakan moneternya dan ECB mengisyaratkan akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps sehingga bunga acuan akan menjadi 3,5%.
Beralih ke dalam negeri, sejatinya sore ini IHSG mendapatkan angin segar dari rilis suku bunga Bank Indonesia (BI). BI mempertahankan suku bunga acuan ini seiring dengan kebijakan moneter netral yang bertujuan untuk mencapai target inflasi 2%-4% pada September tahun ini sambil mendukung pertumbuhan ekonomi. Meskipun inflasi tahunan meningkat menjadi 5,47% pada bulan Februari, BI tetap mempertahankan pandangan pertumbuhan ekonomi pada kisaran 4,5%-5,3% untuk tahun ini.
Inflasi tahunan sempat mencapai rekor tertinggi dalam 7 tahun pada September 2022 lalu, tetapi telah mengalami penurunan pada bulan Januari lalu sebelum kembali naik pada bulan Februari. Namun, BI menilai bahwa kenaikan inflasi ini tidak signifikan sehingga memutuskan untuk tidak mengubah suku bunga acuan.
BI juga mempertahankan suku bunga deposito dan pinjaman semalam pada level 5% dan 6,5% masing-masing. Keputusan ini diharapkan dapat memperkuat kepercayaan investor dalam jangka panjang dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
Dalam konteks ini, pasar modal Indonesia dapat diharapkan akan mengalami sentimen positif karena kebijakan moneter yang stabil dan pandangan pertumbuhan ekonomi yang positif dari BI.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat