Neraca Perdagangan Surplus 34 Bulan, Rupiah Sukses Menguat

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 March 2023 15:49
Petugas menghitung uang  dolar di tempat penukaran uang Dolarindo, Melawai, Blok M, Jakarta, Senin, (7/11/ 2022)
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada awal perdagangan Rabu (15/3/2023), semakin mendekati Rp 15.300/US$. Inflasi di Amerika Serikat yang melandai membuat bank sentral AS (The Fed) diperkirakan tidak akan agresif lagi menaikkan suku bunga. Selain itu, neraca perdagangan Indonesia yang kembali mencatat surplus memberikan sentimen positif. 

Melansir data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan di Rp 15.360/US$ atau menguat 0,13% di pasar spot.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan inflasi pada Februari tumbuh 6% (year-on-year/yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya 6,4%. Inflasi inti juga turun menjadi 5,5% dari sebelumnya 5,6%.

Pelaku pasar kini semakin yakin The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 4,75% - 5% dengan probabilitas sekitar 80%, berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group. Data yang saham menunjukkan ada probabilitas sebesar 20% The Fed tidak akan menaikkan suku bunganya lagi pekan depan.

Ekspektasi The Fed tidak akan agresif lagi muncul setelah kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) pada pekan lalu. Ekspektasi tersebut berubah hanya dalam hitungan hari.

Sebelumnya pasar melihat The Fed akan kembali agresif setelah sang Ketua Jerome Powell di hadapan Senat AS mengatakan suku bunga bisa lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya.

Sementara itu Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia tetap mengalami surplus pada Februari 2023. Surplus tercatat sebesar US$5,48 miliar. Surplus ini disebabkan ekspor yang lebih tinggi yakni US$ 21.40 miliar, sementara itu impor hanya US$ 15,92 miliar.

Nilai ini berada jauh di atas konsensus pasar yang yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 lembaga. Konsensus memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Februari 2023 sebesar US$ 3,2 miliar.

Surplus tersebut jauh lebih rendah dibandingkan Januari 2023 yang mencapai US$ 3,87 miliar. Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor masih akan tumbuh 4% (year on year/yoy) sementara impor meningkat 4,2%.

Dengan surplus ini, maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 34 bulan beruntun.

CNBC INDONESIA 

research@cnbcindonesia.com


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nasib Suku Bunga Fed Bisa Makin Jelas Besok, Rupiah KO Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular