SVB Kolaps Turut Seret Dolar AS, Rupiah Akhirnya Menguat

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 March 2023 09:08
Petugas menghitung uang  dolar di tempat penukaran uang Dolarindo, Melawai, Blok M, Jakarta, Senin, (7/11/ 2022)
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada awal perdagangan Senin (13/3/2023) setelah membukukan pelemahan enam pekan beruntun. Indeks dolar AS yang sedang tertekan pasca kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) membuat rupiah langsung menguat 0,1% ke Rp 15.430/US$ pada pembukaan perdagangan, melansir data Refinitiv.

Pada Kamis dan Jumat pekan lalu indeks dolar AS merosot lebih dari 1%, dan berlanjut 0,2% pagi ini.

Tingginya suku bunga di Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu penyebab bangkrutnya bank yang berfokus pada startup tersebut.

Alhasil, pasca kejadian tersebut, The Fed diperkirakan tidak akan terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar saat ini melihat The Fed hanya akan menaikkan suku bunga 25 basis poin bulan ini menjadi 4,75% - 5%, dengan probabilitas lebih dari 80%.

Probabilitas kenaikan 50 basis poin merosot drastis menjadi 18% saja, padahal sebelumnya sempat lebih dari 50%.

Puncak suku bunga The Fed kini diprediksi di 5% - 5,25%, padahal pada pekan lalu muncul ekspektasi di 5,5% -5,75%.

Data tenaga kerja Amerika Serikat juga mulai menunjukkan pelemahan. Jumat pekan lalu Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan tingka pengangguran pada Februari naik menjadi 3,6% dari sebelumnya 3,4%. Kemudian rata-rata upah per jam naik 4,6% (year-on-year/yoy), tetapi lebih rendah dari ekspektasi Reuters 5,7%.

Selain itu, inflasi Amerika Serikat juga diprediksi kembali melambat. Hasil polling Reuters menunjukkan inflasi pada Februari diprediksi tumbuh 6% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya 6,4% (yoy).

Kemudian, inflasi inti juga diprediksi sebesar 5,5%, lebih rendah dari sebelumnya 5,6%.

Data tenaga kerja dan inflasi merupakan acuan The Fed dalam menetapkan kebijakan moneter.

Dengan pasar tenaga kerja yang mulai melemah, inflasi yang terus menurun serta risiko merembetnya masalah SVB membuat The Fed kini diprediksi memangkas suku bunga hingga 100 basis poin pada akhir tahun nanti oleh Larry McDonald, pendiri The Bear Traps Report.

"Kolapsnya Silicon Vallley Bank bisa mendorong The Fed untuk memangkas suku bunga 100 basis poin pada Desember untuk mencegah penyebaran ke sistem finansial," kata McDonald kepada CNBC International, Jumat (10/3/2023).

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular