
Sudah Dibantu China dan Korsel, Harga Batu Bara Tetap Ambruk

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara ambruk ke level terendahnya dalam 11 hari perdagangan terakhir. Anjloknya harga batu bara ini justru terjadi di tengah lonjakan permintaan dari kawasan Asia.
Namun, proyeksi melemahnya permintaan ke depan dan melandainya permintaan dari kawasan Eropa terus menahan laju kenaikan harga pasir hitam.
Pada perdagangan Selasa (7/3/2023), harga batu bara kontrak April di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 183,25 per ton. Harganya jatuh 2,91%.
Harga tersebut adalah yang terendah sejak 20 Februari 2023 atau 11 hari perdagangan terakhir.
Pelemahan kemarin juga memperpanjang tren negatif harga batu bara yang melemah pada akhir pekan lalu. Dalam tiga hari tersebut, harga batu bara anjlok 7,45%.
Melemahnya harga batu bara justru terjadi di tengah kenaikan permintaan dari China, Korea Selatan, hingga India.
Badan Kepabeanan China mencatat impor batu bara Tiongkok pada Januari-Februari 2023 menembus 60,64 juta ton. Jumlah tersebut melonjak 71% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (35,39 juta ton).
Lonjakan impor terjadi setelah China melonggarkan kebijakan Covidnya, proyeksi mengenai naiknya aktivitas industri, serta dibukanya kembali kran impor dari Australia setelah embargo dihapus.
Impor batu bara dari Australia mencapai 2,1 juta ton pada Februari 2023. Jumlah tersebut naik signifikan dibandingkan Januari 2023 yang baru tercatat 140.000 ton.
Kendati impor China melonjak pada dua bulan pertama 2023, permintaan dari Tiongkok diperkirakan akan melambat.
Pasalnya, aktivitas industri mereka belum sekencang yang diharapkan sehingga utilisasi pembangkit listriknya pun belum besar.
Utilisasi pembangkit listrik batu bara China baru ada di kisaran 50-60% pada Februari 20023, menurun dibandingkan 70% pada Januari.
Pasokan batu bara pun menumpuk dan jauh lebih besar dibandingkan rata-rata dalam lima tahun terakhir.
Lonjakan permintaan juga dilaporkan dari Korea Selatan. Reuters melaporkan impor batu bara dari Negara Ginseng diperkirakan akan mencapai 23,5 juta ton pada Januari-Maret tahun ini. Jumlah tersebut 1 juta ton lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Indonesia masih menjadi pemasok utama dengan kontribusi 45% diikuti dengan Rusia (205).
Impor melonjak karena kenaikan listrik selama musim dingin juga naiknya aktivitas industri. Pada 2022, penggunaan batu bara di Korea turun drastis karena masih terimbas pandemi Covid-19.
India juga melaporkan lonjakan penggunaan batu bara sejalan dengan pemulihan ekonomi mereka.
Konsumsi listrik India pada Januari 2023 mencapai 13,5 miliar kilowatt-hours (kWh) atau naik 12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pembangkit listrik batu bara menyumbang hampir 16 miliar kWh atau naik 18% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Impor batu bara India diperkirakan akan melonjak ke depan karena mereka tengah mempersiapkan pasokan menjelang musim panas.
Sebaliknya, kawasan Eropa terus menunjukkan penurunan permintaan. Pasokan batu bara di pelabuhan barat laut Eropa kini berada di kisaran 5,52 juta ton. Jumlah tersebut 2,8 juta lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Batu bara kini sedang tidak diminati karena musim dingin yang lebih hangat. Importir kini menunda pengiriman dari kontrak sebelumnya. Memang masih ada pengiriman tetapi volumenya tidak besar," tutur salah seorang trader, kepada Montel News.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waduh! Harga Batu Bara Anjlok ke Level Sebelum Perang Ukraina