
Rusia Bikin Khawatir, Harga Minyak Mentah Dunia Naik Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia menguat tipis setelah para pelaku pasar khawatir tentang terbatasnya kapasitas cadangan di pasar dan ketidakpastian atas pasokan Rusia sementara permintaan dari importir minyak mentah utama China mulai pulih.
Mengutip data Reuters pada perdagangan Selasa (7/3/2023) harga minyak Brent tercatat US$86,45 per barel, menguat 0,31% dibandingkan kemarin. Sementara jenis West Texas Intermediate (WTI) naik 0,26% menjadi US$80,67 per barel.
"Kekhawatiran pasokan yang membantu harga minyak lebih tinggi semalam kemungkinan besar berasal dari komentar CEO Chevron bahwa 'tidak banyak kapasitas ayunan' di pasar minyak," kata analis Commonwealth Bank of Australia Vivek Dhar dalam sebuah catatan, dikutip dari Reuters.
"Kunci yang tidak diketahui untuk tahun 2023 adalah gangguan terhadap ekspor minyak dan produk olahan Rusia." imbuhnya.
CEO Chevron Corp MikeWirth mengatakan bahwa kapal yang membawa minyak mentah dan produk Rusia sekarang harus menempuh jarak yang lebih jauh untuk mencapai pasar yang tidak dikenai sanksi.
Sementara itu, persediaan minyak dan pasokan terbatas, membuat pasar global rentan terhadap gangguan pasokan yang tidak terduga.
Pedagang sangat menantikan data perdagangan minyak China untuk bulan Januari dan Februari pada hari Selasa, mencari sinyal pemulihan permintaan setelah Beijing mencabut kontrol pandemi akhir tahun lalu.
Sementara di Amerika Serikat menurut jajak pendapat Reuters akan melaporkan persediaan minyak mentah dan produk minggu ini untuk pekan yang berakhir 3 Maret diperkirakan akan menunjukkan penurunan.
Ini bisa menjadi penurunan pertama dalam 10 minggu, dengan mempertimbangkan data Administrasi Informasi Energi resmi sebelumnya.
"Pasar minyak semakin dekat ke bagian bawah kisaran perdagangan baru-baru ini dan tampaknya terlalu banyak risiko naik akan membantu harga tetap nyaman di atas level $80 untuk saat ini," kata Edward Moya dari OANDA dalam sebuah catatan kepada klien, dikutip dari Reuters.
Wang Tao, analis teknis Reuters, mengatakan Brent kemungkinan akan tetap berada dalam kisaran US$80,72 dan US$93,44 per barel untuk sisa bulan ini, karena "tampaknya memantul dalam saluran naik".
CNNBC INDONESIA RESEARCH
(ras/ras) Next Article China Bikin Kejutan, Harga Minyak Nanjak Hampir 2%!