Sentimen Campur Aduk, Harga Batu Bara Anjlok Sepekan
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara melemah selama sepekan. Harga batu bara kontrak April di pasar Newcastle merosot anjlok 4,33% dalam sepekan usai sempat menyentuh US$ 204,25/ton di tengah sentimen yang ada.
Menurut data Refinitiv, harga batu bara ditutup di posisi US$ 195,40/ton pada Jumat lalu (3/3/2023), turun 1,31% dibandingkan hari sebelumnya.
Penguatan harian sebesar 1,37% dan 0,64% pada Rabu (1/3) dan Kamis (2/3) tidak bisa menyelamatkan kinerja sepekan si batu hitam usai merosot tajam pada Senin (27/2) sebesar 3,55% dan Selasa (28/2) minus 1,47%.
Sejatinya, harga batu bara sempat menyentuh level US$200/ton, tepatnya US$204,25/ton pada 24 Februari lalu usai harga melonjak tinggi sejak 21 Februari (naik 9,75% secara harian di tanggal tersebut).
Adu kuat sentimen mewarnai pasar batu bara selama sepekan. Dari sentimen negatif, ada persoalan melemahnya permintaan akan batu bara kokas dari Jepang dan Korea Selatan.
Dilansir dariReuters, permintaan batu bara kokas dari Jepang dan Korea Selatan melemah sejalan dengan akan berlalunya musim dingin. Kedua negara segera memasuki musim semi yang tidak terlalu membutuhkan banyak pemanas ruangan.
Sementara, kabar baiknya, mulai meningkatnya permintaan yang datang dari China dan India. Kendati memang, melemahnya permintaan dari Eropa mencegah kenaikan terlalu tajam. Permintaan dari China diperkirakan akan meningkat sejalan dengan pemulihan ekonomi mereka.
Biro Statistik Nasional negara itu mengatakan PMI manufaktur naik menjadi 52,6% pada Februari - tertinggi sejak April 2012. Aktivitas manufaktur naik pada laju tercepat dalam lebih dari satu dekade pada Februari, sementara pesanan ekspor meningkat untuk pertama kalinya dalam dua tahun terakhir. China merupakan konsumen terbesar batu bara sehingga pemulihan ekonomi negeri Tirai Bambu tersebut menjadi sentimen positif di tingkat global.
Kabar baik juga datang dari India yang diperkirakan akan meningkatkan impor. Dalam jangka pendek, impor batu bara thermal diperkirakan bakal meningkat menyusul aturan darurat pemerintah India agar pembangkit listrik batu bara segera meningkatkan produksi listrik mereka.
Aturan juga meminta pembangkit tersebut segera mengimpor batu bara untuk memastikan produksi tidak terganggu. Data Kpler menunjukkan impor batu bara thermal India tercatat 10,19 juta ton pada Februari 2023, meningkat 5% dibandingkan Januari.
Hanya saja, permintaan dari Eropa masih melandai. Impor batu bara dari Inggris, Italia, dan Spanyol mencapai 6,8 juta ton pada Februari 2023, turun 7,5% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm). Jumlah tersebut terendah sejak Februari tahun lalu.
Impor yang dikirim melalui dua pelabuhan besar Belanda yaitu Rotterdam dan Amsterdam mencapai 3,3 juta ton. Jumlah tersebut turun 5% dibandingkan bulan sebelumnya.
Menyusul Belanda, impor batu bara Jerman juga turun 21% (mtm) menjadi 0,52 juta ton. Untuk Prancis turun 6% (mtm) menjadi 0,58 juta ton dan Spanyol anjlok 45% (mtm) menjadi 0,53 juta ton. Hanya Italia yang masih menunjukkan peningkatan 60% (mtm) menjadi 1,3 juta ton.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
(trp/trp)