
CARS Cetak Laba Tapi Utang Sangat Besar, Mau Beli Sahamnya?

- CARS menunda right issue hingga laporan keuangan per Desember 2022 selesai di audit.
- DER CARS tembus hingga 975.54%. Dimana utang terlampau tinggi akibat fasilitas kredit dari perbankan.
- Selama 3 tahun berturut-turut yakni periode 2019-2021 CARS masih merugi sehingga sahamnya sempat tertidur di Rp50. Baru di tahun 2022 CARS berhasil membukukan laba.
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan Selasa (28/2/2023) PT Bintraco Dharma Tbk (CARS) di tutup stagnan di harga Rp90. Diketahui CARS sudah listing di Bursa Efek Indonesia sejak 10 April 2017 dengan harga IPO di saat itu Rp1750. Dimana harga CARS saat ini terlampau jauh turunnya dari harga IPO.
Diketahui pada tahun 2019 hingga 2021 terus mengalami kerugian, bahkan sahamnya sempat tertidur di Rp50. Namun CARS mulai memperbaiki kinerjanya di tahun 2022 dengan berhasil membukukan laba hingga kuartal III 2022, tetapi sayangnya hutangnya masih tetap tinggi dibandingkan modalnya.
Apakah cukup sehat dengan utang yang besar? Mari bahas secara valuasi.
Valuasi
Dapat dilihat bahwa investor harus membayar tiga kali lebih mahal untuk saham CARS dengan BV 23 dan PBV 3,88. Secara sektoral PER CARS berada di angka 9. Dimana sektor otomotif dapat terbilang murah jika di bawah PER 12.
Untuk Gross Profit Margin (GPM) CARS terbilang cukup kecil berada di 12.10%. Dimana selisih antara pendapatan dengan beban pokoknya hanya mendapatkan margin sebesar 12.10%. Net Profit Margin (NPM) CARS berada di angka yang relatif kecil di 2,82% secara laba bersih.
Return on Equity (ROE) CARS berada di angka yang cukup baik di 43,13%. Dimana pengelolaan modal terhadap labanya cukup efisien karena berada di atas 8.32%
Kemudian secara Return on Asset (ROA) CARS berada di angka yang kurang baik di 3,75%. Hal ini menandakan pengelolaan aset terhadap labanya kurang efisien, masih berada di bawah 5,98%.
Ada satu hal yang menjadi perhatian para investor yaitu Debt to Equity Ratio (DER) CARS berada di angka yang sangat tinggi 975,54%. Hal ini menandakan bahwa kemampuan membayar hutang terhadap modal tidak dapat memungkinkan. Karena hutang lebih besar dibandingkan modalnya.
Secara Cash Ratio (CR) CARS berada di angka yang kurang baik juga hanya di 24,83%. Berarti kemampuan membayar kewajiban terhadap kas kurang baik.
Jika dilihat secara margin memang cukup kecil hanya 12.10% keuntungan dari bisnis CARS. Untuk NPM nya hanya sebesar 2.82%. Penekanan laba bersih akibat dari meningkatnya beban pajak penghasilan per 30 September 2022 sebesar Rp64Â miliar dan kerugian aktuaria terkait pengalaman manfaat karyawan yang dicatat di penghasilan komprehensif lain sebesar Rp3,8 miliar. Selain itu juga meningkatnya biaya pajak penghasilan terkait sebesar Rp 178 juta.
Investor juga dapat melihat dari pertumbuhan laba tahunan CARS.
Dapat dilihat bahwa sejak 2019 hingga 2021 CARS masih terus membukukan kerugian. Hal ini disebabkan tingginya beban pokok penjualan, beban usaha, beban lain-lain dan beban pajak penghasilan.
Laba CARS baru terlihat pada kinerja tahun 2022.
Kemudian investor dapat melihat pertumbuhan laba pada hasil kinerja tahun 2022.
Dapat terlihat kinerja membaik mulai kuartal I 2022 hinga kuartal III 2022 dimana laba terus bertumbuh. Disini CARS sudah mulai berefisiensi pada biaya sehingga menurunnya beban usaha, beban lain-lain dan beban pajak penghasilan.
Peningkatan kinerja ini lah yang membuat harga saham CARS yang sebelumnya tertidur di Rp50, dapat melesat hingga ke Rp140.
Pada Debt to Equity Ratio (DER) CARS berada di angka yang sangat tinggi di 975.54%. Hal ini disebabkan kurangnya keseimbangan antara liabilitas terhadap ekuitas, dimana liabilitas jauh lebih besar dibandingkan ekuitas pada laporan keuangan kuartal III 2022.
Dapat dilihat dalam laporan keuangan kuartal III 2022 bahwa total liabilitas CARS berada di Rp3,4 triliun. Liabilitas tinggi berada di hutang jangka pendek. Dimana pinjaman jangka pendek sebesar Rp857 milyar terdiri dari fasilitas kredit perbankan.
Begitu juga dalam hutang jangka panjang, di mana pinjaman jangka panjang setelah dikurangi jangka pendek sebesar Rp 1,1 triliun berasa dari hutang bank.
Tingginya hutang juga digunakan oleh CARS untuk aktivitas operasionalnya dalam meningkatkan profitabilitas perseroan.
Sedangkan jika melihat dari sisi ekuitas. Ekuitas pada CARS senilai Rp608 milyar, sedangkan total liabilitas atau hutang pada CARS Rp3,4 triliun. Hal ini lah yang membuat DER CARS membengkak, karena liabilitas lebih besar dibandingkan ekuitasnya.
Selain itu investor bisa menilai dari rajinnya perseroan dalam membagikan dividen.
Dapat terlihat CARS terakhir membagikan dividen sebesar Rp10 pada tahun 2019. Kemudian CARS absen membagikan dividen pada 2020 hingga 2021. Belum diketahui apakah tahun buku 2022 akan membagikan dividen atau absen kembali.
Bisnis
PT Bintraco Dharma Tbk didirikan pada tanggal 1 Juni 1969 di Semarang.
Perseroan merupakan Perusahaan yang bergerak di bidang usaha perdagangan, diler resmi, jasa-jasa termasuk jasa pembiayaan yang berhubungan dengan kendaraan bermotor, distribusi suku cadang, jasa perbaikan dan kegiatan perdagangan serta jasa pengelolaan sistem elektronik yang berhubungan dengan dunia otomotif yang dapat diakses melalui situs web dan perangkat mobile.
Melalui Entitas Anak Usahanya, Perseroan merupakan salah satu pendiri diler Toyota di Indonesia dengan area penjualan di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Saat ini Perseroan telah berkembang menjadi Perusahaan Induk bagi 23 Entitas Anak dengan bidang usaha jasa perdagangan, perbengkelan, industri, properti, dan real estate, distribusi suku cadang, jasa perbaikan kendaraan, dan jasa platform digital e-commerce.
Beberapa klien CARS:
- PT Toyota Astra Financial Services
- PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)
- PT Mandiri Tunas Finance
- PT Astra Credit Company
- PT Asuransi Ramayana Tbk (ASRM)
- PT Bank Central Asia Finance
- PT Bank Indonesia
- Dan masih banyak lagi.
Jaringan usaha CARS :
- Nasmoco Toyota : 24 dealer
- Bengkel CARfix : 31 bengkel
- Kantor Cabang AFI : 2 cabang
Prospek Bisnis
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) memproyeksi penjualan mobil baru di Indonesia tahun 2023 sebanyak 975.000 unit. Hal itu didukung oleh prediksi iklim pembelanjaan di sektor otomotif yang relatif tinggi. Karena diketahui bahwa pada tahun 2022 penjualan mobil ritel (dealer ke konsumen) naik 17,4% yoy atau setara dengan 1.013.582 unit.
Adanya insentif kendaraan listrik. Hal ini juga akan menopang tingkat belanja konsumen pada sektor otomotif karena adanya keringanan harga pembelian mobil listrik.
Penundaan right issue CARS. Penundaan tersebut dikarenakan pihak perseroan ingin menunggu hingga hasil laporan keuangan per Desember 2022 yang sudah diaudit. Melalui laporan keuangan yang sudah diaudit akan memberikan justifikasi manajemen CARS telah bekerja dengan baik memperbaiki kinerja keuangan yang sebelumnya minus. Hasil dana dari rights issue ini akan digunakan untuk pengembangan usaha, modal kerja, dan memperkuat struktur permodalan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui entitas anak.
Lalu saham CARS masih layak koleksi atau tidak?
Jika investor melihat secara valuasi memang CARS tidaklah menarik. Karena para investor harus membayar tiga kali lebih mahal dari harga wajarnya. Selain itu tingginya hutang pada CARS bisa menjadi penilaian negatif bagi para investor.
Jika melihat dari sisi bisnis, para pelaku bisnis optimistis sektor otomotif tumbuh di tahun 2023. Namun hal ini harus terus dipantau, apakah pembelian mobil dan suku cadangnya tumbuh setiap bulannya, ini bisa menjadi patokan apakah sektor otomotif benar-benar bertumbuh.
Investor juga bisa menunggu hasil laporan keuangan kuartal IV 2022 CARS apakah kembali berhasil membukukan laba setelah rugi terus menerus atau kembali membukukan rugi seperti tahun-tahun sebelumnya.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBCÂ INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)