Big Cap Tertekan, Untung Penurunan IHSG Nggak Dalam

Awar Muhammad, CNBC Indonesia
28 February 2023 15:37
Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan Selasa (28/2/23) berakhir di 6.843,23 atau terkoreksi 0,17% secara harian.

Sebanyak 284 saham melemah, 230 saham mengalami kenaikan dan 222 lainnya mendatar.Perdagangan menunjukkan nilai transaksi sekitar Rp14,64 triliun dengan melibatkan 19,75 miliar saham.

Hari ini kinerja IHSG bergerak fluktuatif keluar masuk zona hijau-merah hingga berakhir melemah. Artinya, IHSG telah melemah dua hari beruntun pekan ini. Dalam lima hari perdagangan, gap koreksi menjadi 0,44%. Dengan begitu, IHSG belum menorehkan kinerja positif mingguan. Sejak awal tahun, IHSG masih membukukan pelemahan 0,11% (year to date).

Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia via Refinitiv, setengah dari total sektor melemah. Sektor konsumen primer dan energi menjadi sektor yang paling menguntungkan indeks dengan kenaikan lebih dari 2%. Sementara itu, sektor finansial terpantau menjadi sektor pendorong koreksi paling besar, melemah 0,95%.

Pergerakan IHSG bertolak belakang dari kinerja positif bursa Amerika Serikat yang setidaknya menjadi angin segar bagi indeks. Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,22%, S&P 500 naik 0,31%, dan indeks padat teknologi Nasdaq Composite terapresiasi 0,63% pada perdagangan 27 Februari waktu New York.

Tumbangnya IHSG tak lepas dari melemahnya saham-saham dengan kapitalisasi raksasa. Bank Rakyat Indonesia hari ini menjadi beban utama IHSG sebesar 17,25 indeks poin. Disusul saham emiten teknologi, Telkom Indonesia sebesar 9,7 indeks dan Bank Mandiri 7,1 indeks poin. Tak hanya itu, Charoen Pokphand Indonesia juga menjadi pemberat IHSG sekitar 4,42 indeks poin sementara Cisarua Mountain Dairy 3,31 indeks poin.

Investor masih cenderung kurang bergairah untuk kembali berinvestasi di pasar saham RI. Apalagi, sentimen pasar global yang kembali memburuk turut memperparah psikologis pasar.

Pasar global kembali waspada akan kenaikan suku bunga The Fed yang masih cenderung hawkish.

Para pejabat The Fed berharap untuk menaikkan suku bunga setengah poin persentase dalam pertemuan mendatang karena inflasi sulit dikendalikan dengan laju kenaikan suku bunga saat ini.

Investor pun memperhatikan berbagai rilis data ekonomi dan agenda penting di dalam negeri dan global.

Di dalam negeri, investor perlu memperhatikan Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK dan data inflasi dan aktivitas manufaktur Indonesia.

Di kancah global, terdapat berbagai rilis data penting seperti indeks sentimen ekonomi di Eropa, penjualan ritel di Jepang dan Australia, dan rapat kebijakan moneter bank sentral Eropa.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(RCI/dhf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular