Gegara Dolar AS, Harga Minyak Dunia Jeblok Hampir 1%
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia melemah karena dolar yang lebih kuat atas kekhawatiran risiko resesi global.
Berdasarkan Reuters, pada perdagangan Senin (27/2/2023) pukul 13.30 WIB harga minyak mentah Brent tercatat US$82,63 per barel, turun 0,64% dari posisi sebelumnya. Sementara harga minyak mentah acuan West Texas Intermediate (WTI) turun 0,58% menjadi US$75,87 per barel.
Indeks dolar melayang di dekat puncak selama tujuh minggu setelah serangkaian data ekonomi AS yang kuat memperkuat pandangan bahwa Federal Reserve harus menaikkan suku bunga lebih lanjut dan lebih lama.
Dolar yang kuat membuat harga komoditas dalam mata uang AS lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Minyak mentah terus mengambil arah dari sentimen di pasar keuangan yang lebih luas, kata Vandana Hari, pendiri penyedia analisis pasar minyak Vanda Insights.
Ketakutan Fed yang hawkish kembali mengemuka setelah indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), melonjak 0,6% bulan lalu setelah naik 0,2% pada Desember.
"Jika penghindaran risiko terus meningkat, minyak mentah kemungkinan akan berada di bawah tekanan baru," kata Hari.
Menambah tekanan penurunan, persediaan minyak mentah AS melonjak ke level tertinggi sejak Mei 2021 pekan lalu, data dari Administrasi Informasi Energi (EIA) menunjukkan.
"DataEIA terus menimbulkan lebih banyak pertanyaan alih-alih memberikan kejelasan di pasar," kata analis di konsultan Energy Aspects dalam sebuah catatan, merujuk pada penyesuaian pasokan yang tajam dalam data yang berkontribusi pada peningkatan tersebut.
Di sisi lain, investor bersiap untuk survei manufaktur China minggu ini untuk arah yang jelas pada permintaan minyak. China mengadakan pertemuan parlemen tahunannya mulai akhir pekan ini dan akan melihat target dan kebijakan ekonomi baru.
"Kami mengharapkan pemerintah untuk menegaskan kembali prioritas mendukung pertumbuhan dan menyerukan lebih banyak dukungan kebijakan," Ning Zhang, ekonom senior China di UBS Investment Bank, mengatakan dalam sebuah catatan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
(ras/ras)