Analisis Teknikal

Investor Tunggu Data Penting, IHSG Kayaknya Tarik Napas Dulu

Tri Putra, CNBC Indonesia
27 February 2023 08:25
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). IHSG ditutup menguat 0,33 persen atau 23,53 poin ke 7.054,12 pada akhir perdagangan, sebanyak 249 saham menguat, 255 saham melemah, dan 199 saham stagnan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). IHSG ditutup menguat 0,33 persen atau 23,53 poin ke 7.054,12 pada akhir perdagangan, sebanyak 249 saham menguat, 255 saham melemah, dan 199 saham stagnan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 0,57% sepanjang pekan lalu dan ditutup di 6.856,58. Sentimen negatif, terutama dari Amerika Serikat (AS), membuat mood pasar terganggu.

Menurut data Burda Efek Indonesia (BEI). pada perdagangan Senin (20/2/2023) IHSG ditutup turun tipis 0,01% di 6.894,72. Kemudian pada dua hari perdagangan berikutnya IHSG mencatatkan penurunan sebesar 0,31% dan 0,92% ke 6.809,97.

Kemudian IHSG mampu bangkit pada perdagangan Kamis (23/2/2023) dengan penguatan 0,43% menjadi 6.839,45.Sementara pada hari terakhir perdagangan pekan ini menguat 0,25%.

Dalam dua hari perdagangan terakhir IHSG mampu berada di zona hijau, namun penurunan pada tiga hari pertama perdagangan pekan ini membebani kinerja mingguan.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia sepanjang minggu lalu volume perdagangan mencapai 80,48 miliar saham, turun 20,18% dari perdagangan minggu sebelumnya.

Kemudian nilai transaksi tercatat Rp44,38 triliun, turun dari perdagangan pekan lalu sebesar Rp45,48 triliun. Sementara frekuensi 5,02 juta kali, juga turun dari minggu lalu yang tercatat 5,39 juta kali.

Selama sepekan, asing membukukan jual bersih (net sell) Rp121,43 miliar di pasar reguler.

Pasar saham turun akibat investor yang khawatir akan resesi global akibat kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve/The Fed yang masih hawkish.
Pejabat The Fed pada risalah pertemuan terbaru mereka mengindikasikan bahwa bakal ada kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Adapun, Indeks belanja konsumsi perorangan (Personal Consumption Expenditures/PCE)per Januari yang dirilis Jumat, naik 5,4% secara tahunan (yoy).

Ini membuat investor khawatir The Fed akan terus mengerek suku bunga. Tiga indeks utama Wall Street kompak turun hingga lebih dari 1% pada Jumat waktu AS.

PCE sendiri merupakan indikator favorit The Fed dalam menentukan sikap moneternya.

Pekan ini, tepatnya pada Rabu (1/3/2023), investor akan menunggu data tingkat inflasi Indonesia per Februari 2023 yang diproyeksikan naik tipis 5,3% secara tahunan dari bulan sebelumnya 5,28%.

Akan ada rilis juga soal S&P Global Manufacturing PMI RI per Februari yang diprediksi masih akan berada di zona ekspansi.

Dari luar negeri, akan ada sejumlah rilis data pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2022, macam India hingga Kanada.

Selain itu, ada pula data PMI, mulai dari China hingga AS.

Data inflasi Februari Prancis hingga Jerman juga akan menambah sentimen pasar pekan ini.

Analisis Teknikal

IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu harian (daily) dan menggunakan Fibonacci Retracement untuk mencari resistance dan support terdekat. Digunakan pula indikator untuk menemukan support dan resistance selanjutnya.

Pada Jumat, IHSG berusaha menembus resistance terdekat berupa Fibonacci 78,6% (6.868), tetapi belum berhasil. IHSG juga masih terhalang garis tren.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.

RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu. 

jkseGrafik: IHSG 1 Jam
Foto: Refinitiv

Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Posisi RSI juga ditutup naik di angka 49,06, terbilang netral untuk melihat arah IHSG ke depan. Namun, ada resistance yang perlu diuji di level 50-52 untuk melihat arah selanjutnya.

Sedangkan, dilihat dari indikator lain yaitu Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis MACD berada semakin menjauh ke bawah sinyal usai membentuk dead cross beberapa hari lalu dan membentuk bearish divergence dalam jangka pendek.

Histogram MACD juga masih berada di area negatif seiring MACD di bawah garis sinyal.

Ini sebagian menunjukkan, IHSG masih belum memiliki momentum yang kuat usai sempat terkoreksi 3 hari beruntun pada pekan lalu.

Hari ini, seiring momentum yang belum terlihat seperti terlihat di atas dan volume perdagangan belum seramai biasanya serta dana asing belum masuk dengan deras, IHSG berpeluang bergerak mixed dengan koreksi wajar.

IHSG menguji support terdekat di 6.818 (Fibo 78,6), dengan resistance terdekat di 6.886 (garis MA 20).

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular