Harga Batu Bara Bangkit Karena Putin, Eropa Diselamatkan Alam
Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Rusia-Ukraina melambungkan harga batu bara ke level tertingginya dalam sejarah. Namun, Rusia pula juga yang membuat awal dari melemahnya harga batu bara.
Rusia merupakan eksportir terbesar ketiga batu bara dunia setelah Indonesia dan Australia. Rusia merupakan lima besar pemasok batu bara global. Negara Beruang Merah juga memasok sumber energi lain dalam jumlah besar mulai dari minyak mentah hingga gas, terutama ke Eropa.
Pada 2021, Uni Eropa menggantungkan pasokan 45% batu bara dan 45% gas dari Rusia. Uni Eropa mengimpor sekitar 45 juta ton batu bara dan 155 miliar kubik meter gas dari Negara Beruang Merah.
Besarnya peran Rusia itulah yang membuat pelaku pasar khawatir setelah perang meletus. Pasalnya, pasokan global akan terganggu.
Rata-rata harga batu mencapai US$ 203,44 per ton pada awal Januari 2022 hingga sebelum perang Rusia-Ukraina meletus tepat setahun lalu, 24 Februari 2022.
Deklarasi perang oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dengan cepat melambungkan harga batu bara ke kisaran US$ 300 per ton.
Tak tanggung-tanggung, harga batu bara meloncat 21,45% dalam sehari pada 1 Maret 2022 dan terbang 46% sehari setelahnya pada 2 Maret 2022.
Lonjakan kenaikan melambungkan harga batu bara rekor tertingginya ke posisi US$ 446 per ton pada 2 Maret 2022 atau sepekan setelah perang meletus.
Batu bara sempat melemah tetapi harganya tidak pernah turun ke bawah level US$ 200 per ton. Pasir hitam lebih banyak bergerak di kisaran US$ 350-400.
Dampak perang Rusia kepada pergerakan harga batu bara sempat melandai. Namun, pada April 2022 harga batu bara kembali melonjak.
Uni Eropa mengumumkan jika mereka akan melarang impor batu bara dari Rusia mulai 10 Agustus 2022.
Rusia tidak tinggal diam atas embargo Uni Eropa. Pada pertengahan Juli 2022, perusahaan gas Rusia, Gazprom, mengumumkan pemangkasan pasokan gas ke Eropa melalui jaringan pipa Nord Stream 1.
(mae/mae)