Habis Ambrol, IHSG Balik Arah! Investor Tunggu Ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali perdagangan pekan ini, Kamis (23/2/23), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,27% menjadi 6.828,62.
Pada pukul 09.03, indeks masih bergerak di zona positif terapresiasi 0,16% ke level 6.821,13. Perdagangan menunjukkan terdapat 200 saham naik, 115 saham turun sementara 254 lainnya mendatar.
Perdagangan mencatatkan sebanyak 456 juta saham terlibat dengan nilai perdagangan baru mencapai Rp 447 miliar.
Investor sedang menantikan hasil notulensi rapat The Fed yang baru dirilis, yang kemungkinan akan berdampak pada pasar global dan IHSG.
Pejabat Federal Reserve menyatakan akan ada kenaikan suku bunga lebih lanjut, meski ada tanda-tanda inflasi turun. Beberapa anggota ingin kenaikan setengah poin untuk menurunkan inflasi ke target yang dicanangkan.
Inflasi masih di atas target 2% Fed dan kecepatan kenaikan suku bunga akan terus meningkat pada tiga pertemuan terakhir. Fed meningkatkan suku bunga 25 basis poin dan masih khawatir inflasi tetap menjadi ancaman.
Pasar khawatir jika Fed bergerak terlalu cepat atau jauh, bisa memicu resesi dan wall street merosot.
Sementara itu, Malam nanti rilis klaim awal pengangguran AS patut ditunggu karena menjadi memiliki pengaruh terhadap kenaikan suku bunga. Diperkirakan data klaim awal pengangguran pada pekan kemarin sebesar 200.000. Jumlah tersebut naik dari posisi sebelumnya yakni 194.000.
Kenaikan tersebut menjadi sentimen positif bagi pasar sebab pasar tenaga kerja akan sedikit longgar dan berpotensi membuat inflasi melandai.
Dari dalam negeri, Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengumumkan APBN surplus pada Januari 2023 sebesar Rp 90,8 triliun atau 0,43% terhadap produk domestik bruto (PDB).
Namun, tampaknya investor masih menahan investasinya ke Indonesia. Sehingga dana asing alias inflow mulai agak 'seret'.
Pasar obligasi Indonesia hingga 20 Februari 2023 (year to date), mencatatkan inflow sebesar Rp 43,9 triliun. Sri Mulyani menjelaskan outflow disebabkan oleh sentimen global khususnya The Fed yang tampak masih akan hawkish.
(ayh/ayh)