Rupiah Menguat ke Rp 15.150/US$, tapi Bisa Tahan Lama Gak?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 February 2023 09:04
Petugas menghitung uang  dolar di tempat penukaran uang Dolarindo, Melawai, Blok M, Jakarta, Senin, (7/11/ 2022)
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat cukup tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Kamis (23/2/2023). Rilis notula rapat kebijakan bank sentral AS (The Fed) yang menunjukkan perang melawan inflasi masih belum selesai membuat indeks dolar AS naik 0,4% pada perdagangan Rabu, hal ini sebenarnya memberikan tekanan bagi rupiah.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan di Rp 15.150/US$, menguat 0,33% di pasar spot. Kurang dari dua menit, penguatan rupiah terpangkas menjadi 0,1% saja di Rp 15.185/US$.

Dalam notula tersebut para pejabat The Fed memang melihat inflasi mulai menurun tetapi masih perlu melihat banyak bukti agar pede tren tersebut berlanjut.

"Para anggota mencatat data inflasi dalam tiga bulan terakhir menunjukkan penurunan kenaikan harga secara bulanan, tetapi menekankan masih perlu bukti substansial yang menunjukkan inflasi turun lebih luas sehingga bisa yakin tren penurunan akan berlanjut," tulis notula tersebut sebagaimana dikutip CNBC International.

Para pejabat The Fed juga menegaskan periode kenaikan suku bunga masih perlu dilanjutkan.

Dalam notula tersebut juga terungkap beberapa pejabat The Fed sebenarnya ingin suku bunga dinaikkan sebesar 50 basis poin pada awal Februari lalu. Tetapi keputusan yang diambil sebesar 25 basis poin menjadi 4,5% - 4,75%.

Kenaikan tersebut menjadi yang terendah sejak Maret 2022 lalu, dan pelaku pasar sebelumnya melihat The Fed tidak akan agresif lagi.

Tetapi dengan penurunan inflasi yang tidak sebesar prediksi dan pasar tenaga kerja yang kuat, pasar melihat The Fed akan kembali agresif. Rilis notula dini hari tadi semakin menguatkan ekspektasi tersebut.

"Inflasi masih jauh di atas target 2%, pasar tenaga kerja masih sangat ketat yang terus membuat rata-rata upah naik sehingga tekanan kenaikan harga juga besar," tulis notula tersebut.

Saat ini pasar melihat The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak 3 kali lagi pada Maret, Mei dan Juni masing-masing sebesar 25 basis poin hingga menjadi 5,25% - 5,5%. Artinya, puncak suku bunga di AS akan lebih tinggi dari proyeksi yang diberikan The Fed akhir tahun lalu di 5% - 5,25%.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular