23 Februari 1991

Resign dari Dirut Bank, Sosok Ini Jualan Ayam & Kaya Raya

MFakhriansyah, CNBC Indonesia
Kamis, 23/02/2023 08:35 WIB
Foto: Suasana McDonald di Mal Plaza Depok kembali normal dibuka yang sebelumnya kemarin ditutup akibat membeludaknya antrean driver Gojek untuk pemesanan menu baru BTS Meal Kamis (9/6/2021). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Memasuki akhir dekade 1980-an, kabar mengejutkan datang dari Bank Panin. Direktur utamanya, Bambang Nuryanto Rachmadi, tiba-tiba memutuskan untuk mengundurkan diri. Alasannya karena dia ingin menjadi wirausaha dan punya target besar.

Targetnya adalah membawa restoran cepat saji ternama dunia, McDonald's (McD), ke Indonesia. Saat itu di Tanah Air restoran fast food, khususnya yang berbasis ayam goreng, bukan sesuatu yang asing. Sudah ada KFC, pesaing McD di ranah global, yang dibawa Ricardo Gelael lewat PT Fastfood Indonesia (FAST) pada 1979. Jelas, keberadaan McD di Indonesia bertujuan untuk merebut pasar dan kejayaan KFC.

Namun, usaha untuk menarik McD ke Indonesia menemui jalan terjal. Tidak semudah itu bagi McDonald's Corporation yang berpusat di Amerika Serikat untuk memberikan lisensi restorannya ke Indonesia.


Sebagaimana dipaparkan Taufan dalam McDonald's Sebagai Aktor Pembentuk Fast Food Branding Ala Amerika di Indonesia (2019), Bambang harus meyakinkan petinggi-petinggi McD agar dapat memberi lisensi kepadanya. Dia rela menghabiskan waktu setahun untuk mengikuti berbagai pelatihan di luar negeri. Mulai dari pelatihan menjadi pelayan sampai ke tingkat manajerial.

Hingga akhirnya penantian panjang Bambang terwujud. McDonald's Corporation memberi izin pendirian McD di Indonesia melalui PT. Ramako Gerbang Mas yang dimiliki Bambang.

Pada Sabtu, 23 Februari 1991, tepat hari ini 32 tahun lalu, McD pertama di Indonesia resmi beroperasi di Indonesia. Lokasinya berada di pusat perbelanjaan Sarinah, Jakarta. Pengunjung tampak antusias memadati halaman depan. Besarnya antusias itulah yang menandai dimulainya persaingan sengit antara McD versus KFC.

Keberadaan McD di Sarinah membuat Bambang tertimpa 'durian runtuh'. Sebab, di sana adalah pusat perbelanjaan satu-satunya di jantung ibukota negara. Di sekitaran Sarinah ramai pusat perkantoran. Keberadaan McD jelas menjadi alternatif para pegawai untuk santap siang di sana. 

Sama seperti KFC, menu McD di Indonesia menjadikan nasi dan ayam goreng sebagai menu andalan. Namun, untuk membedakan dengan kompetitor utamanya itu, McD berupaya mempertahankan menu ala Barat, seperti burger dan sandwich.

Berkat ini gerai McD di Sarinah selalu ramai pengunjung. Hingga akhirnya McD berkembang dan bertambah gerai. Mengutip buku Membeli dan Menjual Franchise (2006), sampai tahun 1997 terdapat 108 gerai dengan keuntungan mencapai Rp 178 Miliar atau US$23 Juta.

"Kondisi perekonomian Indonesia pada saat itu yang sedang dalam pertumbuhan pesat menjadi aspek penting bagi perkembangan McDonald's Indonesia," tulis Taufan.

Otomatis kantong Bambang pun semakin tebal. Keputusan mengundurkan diri jadi direktur Bank ternyata tidak salah langkah.

Namun, kejayaan Bambang tak berjalan lama dan selalu mulus. Di tengah jalan, Bambang harus berhenti mengelola sumber pendapatan utamanya itu. Hal itu terjadi setelah PT Rekso Nasional Food (RNF) yang merupakan salah satu anak perusahaan dari Rekso Group menandatangani Master Franchise Agreement dengan McDonald's International Property Company (MIPCO) pada tahun 2009.

Hal ini membuat lisensi McDonald's yang dipegang Bambang harus berpindah tangan. Bambang mulai mengalami kemunduran bisnis sekaligus pendapatan. 

Namun, itu tak bermasalah bagi perkembangan McD. Kini McD memiliki 268 gerai. Angka ini masih kalah jauh dibanding pesaingnya, KFC, yang punya 727 gerai. Berdasarkan survey Frontier Group, KFC berada di posisi pertama sebagai restoran cepat saji pilihan masyarakat Indonesia. Diikuti McDonalds dan Hoka-hoka bento.


(mfa/mfa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Investasi Yang Bisa Dilirik Saat Perang & Suku Bunga Ditahan