
Kelamaan Galau, IHSG Sudah Saatnya ke Utara ?

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali bergerak 'liar' sebelum berakhir di 6.894,71 atau terkoreksi tipis 0,01% pada penutupan perdagangan Senin (20/2/2023).
Sebanyak 309 saham turun, 203 saham mengalami kenaikan dan 208 lainnya stagnan. Perdagangan tergolong sepi, dengan nilai transaksi hanya Rp 8,95 triliun dan volume 21,59 miliar saham.
Hari ini IHSG dibuka menguat, tetapi sesaat kemudian berbalik arah hingga ditutup keluar zona psikologis 6.900.
IHSG terungkit ke atas seiring investor memborong sejumlah saham big cap saat pre-closing, seperti TLKM, UNVR, BBCA, BBRI, hingga BMRI.
Dalam lima hari perdagangan, koreksi Indeks masih turun 0,08%.
Praktis, IHSG belum menorehkan kinerja positif mingguan. Sejak awal tahun, IHSG masih membukukan penguatan 0,64% (year to date/YtD).
Dana asing juga masih belum masuk lagi ke bursa RI. Pada Senin, asing membukukan jual bersih (net sell) di pasar reguler Rp64,68 miliar. Sedangkan, dalam sepekan, asing melakukan net sell Rp553,34 miliar.
Sikap investor yang wait and see membuat IHSG cenderung kurang bergairah pada Senin Investor menanti rilis serangkaian data ekonomi dan agenda penting di global pada pekan ini.
Rilis data ekonomi penting, yakni data aktivitas manufaktur (Purchasing Managers Index/PMI) periode Februari 2023, inflasi di Jepang, dan lain-lainnya.
Lebih lanjut, agenda penting yang akan digelar pada pekan ini yakni keputusan suku bunga bank sentral China (People Bank of China/PBoC), bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed), dan bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA).
Di sisi lain, ada sentimen positif dari dalam negeri.
Bank Indonesia (BI) mencatat surplus transaksi berjalan tahun 2022 naik signifikan mencapai 13,2 miliar dolar AS atau 1,0% dari PDB. Angka surplus ini lebih tinggi dibandingkan dengan capaian surplus tahun 2021 sebesar 3,5 miliar dolar AS atau 0,3% dari PDB.
BI mengungkapkan kinerja tersebut terutama didukung oleh peningkatan ekspor sejalan dengan harga komoditas global yang masih tinggi dan permintaan atas komoditas Indonesia yang tetap baik, di tengah impor yang juga meningkat seiring perbaikan ekonomi domestik.
Dengan perkembangan tersebut, NPI secara keseluruhan tahun 2022 kembali membukukan surplus sebesar 4,0 miliar dolar AS, setelah pada tahun sebelumnya mencatat surplus 13,5 miliar dolar AS.
Sejalan dengan ini, transaksi berjalan pada akhir triwulan IV juga kembali mencatat surplus sebesar 4,3 miliar dolar AS atau 1,3% dari PDB, tetapi capaian surplus sedikit melambat pada triwulan sebelumnya sebesar 4,5 miliar dolar AS atau 1,3% dari PDB.
Hari ini, pelaku pasar akan menyimak sejumlah data, di antaranya PMI manufaktur sejumlah negara risalah pertemuan bank sentral Australia (RBA), inflasi Kanada, dan indeks sentimen ekonomi Jerman.
Analisis Teknikal
![]() Teknikal |
IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu harian (daily) dan menggunakan indikator Bollinger Band (BB) untuk mencari resistance dan support terdekat.
IHSG saat ini masih berada di fase sideways atau dalam pola rectangle. Sejauh pola tersebut tidak rusak (misalnya, IHSG tiba-tiba anjlok ke level 6.700), IHSG masih di jalur konsolidasi usai mendaki tangga penguatan sejak 12 Januari 2023.
Berdasarkan indikator BB, IHSG kembali ditutup membentuk pola doji merah, mirip dengan Jumat lalu (tetapi dengan doji hijau). Doji mengindikasikan sikap investor yang ragu-ragu.
IHSG ditutup mendekati pita tengah BB (6.890). Apabila bertahan di level support tersebut, IHSG berpeluang menguji level resistance terdekat berupa level psikologis 6.900 dan pita atas BB (6.949).
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yaituRelative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Adapun, Posisi RSI ditutup cenderung mendatar di 53,34. Level RSI 53 sering menjadi support IHSG dalam beberapa waktu terakhir, seperti pada 25 Januari 2023, 31 Januari 2023, dan 10 Februari 2023.
Sedangkan, dilihat dari indikator lain yaitu Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis MA 26 berada di atas MA 12. Kedua garis tersebut saling mendekat atau konvergen dan mencoba membentuk dead cross.
Berdasarkan data di atas, pada perdagangan hari ini, IHSG tampaknya masih akan volatil dankembali berpeluang menguji level resistance terdekat di 6.900 dan 6.949. Support terdekat untuk IHSG hari ini di 6.890 dan 6.830.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat