Sejarah 5 BUMN Penyetor Dividen Terbesar, Siapa Juaranya?
Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan pelat merah ikut berkontribusi dalam sumber pemasukan negara. Sebanyak 5 perusahaan pelat merah atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini menjadi penyumbang dividen terbesar yang disetor untuk kas negara selama 10 tahun terakhir yaitu pada periode 2012 hingga 2021.
1. PT Pertamina (Persero)
Perusahaan energi milik negara ini menjadi penyumbang dividen terbesar selama 10 tahun terakhir yaitu sebesar Rp 78,98 triliun. PT Pertamina (Persero) mengungkapkan kontribusi perusahaan untuk penerimaan negara sepanjang 2022 telah mencapai Rp 307,2 triliun. Penerimaan tersebut berasal dari pajak, dividen, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dan Signature Bonus.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyampaikan kontribusi Pertamina terhadap negara untuk tahun ini telah mengalami peningkatan 83%. Adapun kontribusi perusahaan ke negara pada tahun 2021 hanya sebesar Rp 167,7 triliun.
Sementara itu, untuk tahun 2023 sendiri, kontribusi Pertamina untuk penerimaan negara diproyeksikan mencapai Rp 268,4 triliun. Angka tersebut setidaknya turun 13% dibandingkan capaian setoran ke negara pada tahun 2022.
Penurunan tersebut terjadi disebabkan lantaran adanya penurunan pendapatan pada RKAP 2023. Terutama dari sektor hulu migas dengan penurunan asumsi ICP sesuai APBN 2023.
2. PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM)
Penyumbang dividen terbesar kedua sepanjang 10 tahun terakhir yaitu, Telkom yang sebesar Rp 62,9 triliun.
PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) sebelumnya telah membagikan dividen sebesar Rp 14,86 triliun atau 60% dari perolehan laba bersih tahun buku 2021 (dividend payout ratio).
Sementara itu, sisanya sebesar 40% atau Rp9,90 triliun dialokasikan sebagai laba ditahan yang akan digunakan untuk pengembangan usaha Perseroan dibidang digital connectivity, digital platform, dan digital services, di antaranya pengembangan data center dan penguatan kapabilitas cloud yang diharapkan dapat menjadi mesin pertumbuhan pendapatan di masa mendatang.
Dengan besaran dividen tersebut, ini berarti dividen yang akan diterima pemegang saham adalah sebesar Rp149,97 per lembar saham.
3. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)
Dividen terbesar ketiga perusahaan pelat merah sepanjang 10 tahun terakhir, yaitu BRI senilai Rp 58,38 triliun. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) optimistis dapat memberikan keuntungan yang optimal kepada pemegang saham terutama dari sisi dividen.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, perseroan telah menyiapkan strategi untuk menjaga pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.
Sunarso menjabarkan, BRI memiliki sumber pertumbuhan baru melalui Holding Ultra Mikro, di mana ekosistem UMi ini tidak hanya akan mendorong penyaluran kredit.
Sunarso menyebut, hingga akhir Agustus 2022 tercatat jumlah nasabah yang telah diintegrasikan ketiga entitas Holding UMi telah mencapai 23,5 juta nasabah dengan total outstanding pembiayaan mencapai sebesar Rp 183,9 triliun.
"Tak hanya dari sisi pembiayaan, hingga Agustus 2022 integrasi layanan ketiga entitas atau co-location melalui Gerai Senyum sudah mencapai 1.003 lokasi, dari target awal sebanyak 978 lokasi," imbuhnya.
Di samping itu, sebanyak 1,8 juta nasabah KUR Mikro naik kelas ke komersial di tahun 2021 dan di tahun 2022 diprediksikan nasabah yang berhasil naik kelas mencapai 2,2 juta nasabah.
Selanjutnya, BRI memiliki modal yang cukup untuk mendukung pertumbuhan bisnis ke depan. Hingga akhir Juni 2022 CAR BRI berada di atas rata-rata industri atau di kisaran 25%.
BRI juga akan disiplin menjaga likuiditas yang optimum dengan fokus pada dana murah (CASA). Fokus BRI pada CASA dan Cost of Fund menjadikan rasio CASA BRI tercatat tertinggi dan COF terendah sepanjang sejarah.
4. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)
Bank Mandiri menjadi BUMN penyumbang dividen terbesar ke-empat terbesar sepanjang 10 tahun terakhir, yaitu sebesar Rp 46,29 triliun.
Bank Mandiri akan menjaga rasio pembayaran dividen atau dividend payout ratio, minimal dalam kisaran yang dibagikan dalam bebe. Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo mengatakan, pada tahun 2021 perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp 28,03 triliun, dan sebanyak 60% dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen.
Hingga semester I keuntungan bersih sebesar Rp 20,2 triliun, yang menurut direksi kenaikannya sangat signifikan.
Untuk diketahui, dalam lima tahun terakhir, Bank Mandiri membagikan dividen dengan rasio dalam rentang 45% sampai 60% kepada para pemegang saham.
"Kita ingin tahun depan dengan kinerja 2022 range tersebut dapat kita jaga, dan kita optimis angka itu adalah angka yang optimal yang dapat memenuhi harapan pemegang saham," ucap dia.
Di sisi lain, BMRI optimistis ekspansi kredit tahun ini akan tumbuh kuat sehingga bank ini mengerek target dari semula tumbuh 8% menjadi 11%. Sampai Juli saja, bank BUMN ini sudah mencatatkan laju ekspansi kredit 11,4% secara year on year (YoY).
Sementara untuk tahun ini, bank pelat merah ini memproyeksikan ekspansi kredit tidak akan bisa setinggi yang akan ditorehkan tahun ini karena dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari eksternal maupun dari dalam negeri.
5. PT PLN (Persero)
Tercatat penjualan listrik perusahaan setrum pelat merah ini meningkat 5,08% atau meningkat Rp 13,96 triliun menjadi Rp 288,86 triliun pada 2021. Tak terkecuali laba bersih perusahaan juga mengalami peningkatan menjadi Rp 13,17 triliun (audited) dari tahun 2020 yang hanya Rp 5,99 triliun.
Adapun sampai akhir tahun 2021 kemarin, jumlah pelanggan bertambah dari 79,0 juta pada tahun 2020, menjadi 82,5 juta pelanggan pada tahun 2021. Hal tersebut juga sejalan dengan bertambahnya daya tersambung pelanggan dari 143.159 Mega Volt Ampere (MVA) pada tahun 2020, menjadi 151.985 MVA pada tahun 2021.
Sepanjang tahun 2021, PLN berhasil melistriki 491 desa terpencil yang sebelumnya belum berlistrik. Hal ini meningkatkan rasio elektrifikasi dari sebelumnya 99,2% pada tahun 2020 menjadi 99,4% pada tahun 2021.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menyatakan bahwa capaian kinerja itu merupakan yan terbaik sepanjang sejarah di tengah masa sulit pancemi Covid-19. Pencapaian tersebut diraih berkat efisiensi dan inovasi di berbagai lini bisnis melalui program transformasi yang sejalan dengan gerakan transformasi BUMN sejak April 2020.
(ayh)