Optimisme Pak Perry, Bisa Bikin Rupiah Perkasa Lagi?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Jumat, 17/02/2023 08:48 WIB
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah kemarin sukses menguat 0,31% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 15.153/US$ setelah Bank Indonesia (BI) mengumumkan kebijakan moneter.

BI kemarin menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada level 5,75%. Suku bunga Deposit Facility tetap pada level 5,00%, dan suku bunga Lending Facility ada di 6,50%.

Selain itu, BI juga memberikan outlook pertumbuhan ekonomi yang lebih optimistis.


"Untuk tahun 2023 Bank Indonesia memproyeksikan bias ke atas 4,5-5,3%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers

Bias ke atas artinya BI memproyeksikan produk domestik bruto (PDB) bisa tembus 4,9% ke atas.

Perry sekali lagi menegaskan suku bunga saat ini sudah cukup untuk mengendalikan inflasi. Artinya, tidak ada niat BI untuk kembali menaikkan suku bunga, padahal ada risiko bank sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunga tiga kali lagi tahun ini.

Jika itu terjadi, tentunya ada risiko capital outflow kembali terjadi, nilai tukar rupiah bisa kembali terpuruk, dan berisiko mengerek inflasi.

Sepanjang Februari, tercatat capital outflow dari pasar obligasi sekunder sebesar Rp 2,7 triliun, berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR). Sementara pada Januari lalu tercatat inflow nyaris Rp 50 triliun.

Pergerakan aliran modal pada bulan ini bisa menjadi indikasi risiko terjadinya capital outflow lagi, jika The Fed semakin kuat diprediksi menaikkan suku bunga sebanyak 3 kali lagi.

Secara teknikal, rupiah masih jauh di atas Rp 15.090/US$, yang akan menjadi kunci pergerakan.

Level tersebut merupakan Fibonacci Retracement 50%, yang ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.

Rupiah yang disimbolkan USD/IDR juga bergerak di atas rerata pergerakan 200 hari (moving average 200/MA 200), yang memberikan tekanan lebih besar.

Indikator Stochastic pada grafik harian yang sebelumnya berada di wilayah jenuh jual (oversold) dalam waktu yang lama, kini berbalik masuk wilayah jenuh beli (overbought).

Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Dengan stockhastic yang mulai masuk overbought, tekanan pelemahan tentunya sedikit mereda, peluang penguatan juga terbuka.

Support berada di kisaran Rp 15.150/US$ - Rp 15.130/US$, jika ditembus rupiah berpeluang menguat lebih jauh menuju level kunci psikologis Rp15.090/US$.

Sementara resisten di kisaran Rp 15.200/US$, rupiah berisiko melemah ke Rp 15.250/US$ hingga Rp 15.280/US$ jika resisten tersebut ditembus.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS